Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2012

sebuah fiksi ...

Dentangan jam besar di gedung sekolah tua itu sudah berbunyi hingga 12 kali. Tepat pukul 12.00 siang. Hari itu, sekolahan tua ini tutup. Hari Minggu, tanggal merah, tentu tidak akan ada yang sudi untuk pergi kesana. Hari itu, aku datang sendiri ke dalam sana. Tepat tanggal yang sama di jam yang sama seperti 8 tahun yang lalu. Sebuah jumlah tahun yang menurut aku dan dia adalah angka yang cukup keramat. Seperti sebuah simbol untuk ketiadabatasan dan ketidakberujungan. Yah, mungkin itu adalah filosofi kami, 8 tahun yang lalu. 2 bocah lugu berusia 16 tahun. Aku tidak yakin ia akan datang, mungkin ia sudah lupa. Tetapi, aku yang sudah melupakannya entah bagaimana tiba-tiba harus kembali lagi ke kota mungil ini dan membuatku kembali membuka catatan harian kecilku yang kusimpan rapat-rapat di bawah laci tempat tidurku. Janjian sama Didit 8 tahun lagi in our anniversary day. Hix .. so sad, we can't make it till the end. Still love you, Dit ...... Sebuah kalimat cupu ya

Aku rindu untuk pulang.

Aku rindu untuk pulang. Mungkin ketika aku tahu harus kemana untuk berlabuh. Tapi, sekarang kompasku sudah tidak berfungsi. Mau membaca peta? Aku sudah menyerah semenjak awal untuk melakukannya. Jadi, aku hanya duduk terdiam. Di sebuah persimpangan di suatu gedung tua di kota yang tidak kukenal. Aku rindu untuk pulang. Walaupun mungkin aku tidak tahu siapa atau apa yang menungguku disana. Entah masih adakah tempat untuk pulang itu? Masihkah aku ditunggu? Aku rindu untuk pulang. Ke tempat dimana aku seharusnya berada. Bukan dipersimpangan ini. Bukan di tengah kebingungan ini. Aku rindu untuk pulang. Aku tidak mau ada disini. Di tempat dimana aku menjadi diriku. Ketika akhirnya topeng adalah senjata andalanku. Tempat dimana kepura-puraan akan tetap membuat aku bernapas dibandingkan untuk mencoba mencari keaslian di tumpukkan tatapan sengit orang-orang itu. Aku rindu untuk pulang. Ke tempat dimana aku tidak akan diadili atas pilihanku. Ketika aku masih bisa mendangak