Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2010

kisah si baju merah muda

KISAH SI BAJU MERAH MUDA Jalanan masih lengang pagi hari itu. Baju merah muda itu melirik ke seisi jalanan. Bertanya dalam hati apakah orang-orang sedang tertidur di dalam rumahnya masing-masing karena pagi masih terasa begitu kosong untuk pukul 08.00 pagi. Sembari itu, si baju merah muda mulai merasakan lelah setelah semalaman kembali menjadi saksi mata untuk sebuah peristiwa besar. Namun, tak lama ia kembali mereka ulang kejadian satu setengah tahun silam. 8 Maret 2009 Si baju merah muda diambil dengan lembut oleh pemiliknya sambil tersenyum riang. Malam ini akan menjadi malam yang special, malam yang ia tahu sangat berharga untuk dilewatkan, dan betapa beruntungnya ia apabila dapat hadir disana. Malam ini akan menjadi malam yang indah. Pemiliknya, seorang perempuan muda berusia 19 tahun tengah jatuh cinta, dan hari itu ia sengaja memilih si baju merah muda untuk menemani malam harinya sebagai sebuah simbol akan suasana hatinya yang tengah berbunga-bunga. Perempuan itu mengenakan si

tidak lagi menggenggam pasir terlalu keras ...

".. saat orang merenungkan lagi keputusan-keputusan yang akan mereka buat, biasanya mereka berubah pikiran..... karena butuh keberanian yang besar untuk memulai suatu langkah baru.." (Paulo Coelho - The Winner Stands Alone) Kemarin tiba-tiba saya teringat akan sebuah quote yang berbunyi, "Cinta itu seperti pasir, jangan digenggam terlalu keras atau ia akan terlepas.". Bisa dibilang quote itu cukup menggelitik saya dan cukup membuat saya sedikit merasa sedikit tersindir. Saya kemudian mencoba untuk mereka ulang kembali akan hal-hal apa saja yang sudah saya lewati, dan betapa seringnya saya mencoba untuk menggenggam pasir itu dengan begitu keras sehingga seringkali pasir-pasir itu terlepas dari genggaman saya perlahan-lahan. Salah satu pengalaman saya adalah mengenai sebuah kejadian yang baru saja terjadi. Betapa dengan sekuat tenaga saya mencoba untuk mengatur orang yang saya sayang. Sebuah anggapan bahwa saya selalu ingin mencoba untuk melindungi dia dari sebuah ra

bertahan untuk esok ..

House of Balcony , Ambarukmo Plaza 3.16 p.m. Hari itu, perempuan itu kembali merenungi hidupnya sendiri. Di tengah ramainya suara musik di belakang tubuhnya yang selalu merayu untuk turut bernyanyi dalam alunan lirik yang sudah ia hafal luar kepala. Menyaksikan orang-orang yang tertawa bahagia di sekitarnya, bersama orang lain tentu. Menikmati hembusan angin semilir dari teras tempat makan itu. Mencoba menyelaraskan suara musik dengan keriuhan jalanan yang terasa begitu dramatis. Perempuan itu kembali duduk sendiri. Menghilang dari keramaian dunianya. Mencoba sedikit berlari dari orang-orang yang memperdulikannya dan mencoba untuk berdiri sendiri, hari itu. Ia tidak tahu, apakah memang ia sedang ingin sendiri atau memang ia hanya tergelitik untuk sedikit menggoda ego nya sendiri untuk bertahan dalam kesendiriannya. Namun, hari itu ia tahu bahwa ia tidak sendiri. Perempuan itu sadar, banyak hal yang ia lewatkan saat ia berada di tempat itu. Banyak kesenangan yang ternyata luput dalam ba