Aku adalah orang yang paling menderita di dunia ini.
Mencintai kamu yang tidak ada.
Merindukan kamu yang tidak kunjung datang.
Mencintai sebuah ide.
Sebuah bayang akan kamu.
Sungguh aku adalah orang yang paling menderita di dunia ini.
Karena kita sudah jenuh dengan drama.
Dengan pertanyaan, "Mengapa?"
Mencintai kamu,
bak mencintai udara.
Yang lekat. Dekat.
Tapi tidak dapat didekap.
Maka, aku lepaskan kamu.
Merelakan kepergianmu, yang belum pernah singgah.
Mengusir kamu.
Kehilangan kamu.
Karena malam ini, kita sudah jengah untuk bertahan.
Sudah lelah berpegangan.
Selayaknya daun yang akan jatuh dari dahannya.
Pada akhirnya, kamu pun akan gugur.
Maka, aku tuliskan berita kehilangan.
Walau hanya aku yang tahu.
Tentang kamu, yang tidak ada.
Mencintai kamu yang tidak ada.
Merindukan kamu yang tidak kunjung datang.
Mencintai sebuah ide.
Sebuah bayang akan kamu.
Sungguh aku adalah orang yang paling menderita di dunia ini.
Karena kita sudah jenuh dengan drama.
Dengan pertanyaan, "Mengapa?"
Mencintai kamu,
bak mencintai udara.
Yang lekat. Dekat.
Tapi tidak dapat didekap.
Maka, aku lepaskan kamu.
Merelakan kepergianmu, yang belum pernah singgah.
Mengusir kamu.
Kehilangan kamu.
Karena malam ini, kita sudah jengah untuk bertahan.
Sudah lelah berpegangan.
Selayaknya daun yang akan jatuh dari dahannya.
Pada akhirnya, kamu pun akan gugur.
Maka, aku tuliskan berita kehilangan.
Walau hanya aku yang tahu.
Tentang kamu, yang tidak ada.
Comments
Post a Comment