Skip to main content

536 days of ‘Kambing dan Kebo’


So, that’s it . 536 days of the love story between me and him.
So, mari saya perkenalkan dengan dua tokoh utama dalam tulisan yang akan saya bagi ini. Yang pertama adalah Kambing. Seorang cowo yang saya anggap cute banget dengan kawat gigi dan rambut ‘jatuh’nya, dengan perawakan tinggi nan kurus sekali tapi saya selalu anggap sexy. Seseorang yang membuat saya menjadi diri saya hari ini. Orang yang akhirnya membuat saya tahu, apa artinya ‘jatuh cinta’. Dan, Kebo. Itu saya. Dan, saya itu …. Well, nanti Anda juga akan tahu dengan sendirinya.

Kisah ini dimulai pada tanggal 8 Maret 2009. Oups .. bukan! Sebenarnya kisah ini dimulai jauh sebelum tanggal itu pernah ada. Tapi, sejujurnya saya juga sedikit lupa kapan semua ini dimulai, jadi mungkin saya akan kembali bercerita di moment ketika saya ingat saja. ^_^

Hari itu ada jadwal KRS on line, Anda yang kuliah pasti tahu apa itu, untuk yang tidak tahu mungkin bisaa googling dulu. (hehehe..) well, hari itu bukan pertama kali saya kenal dengan Kambing. Saya memang baru mengenal dia beberapa minggu, tapi hari itu lebih daripada sebuah perkenalan. Hari itu, tiba-tiba saya langsung jatuh cinta. Tahu jatuh cinta dengan apa? Dengan kawat gigi warna ungu yang Kambing pakai. Saya nggak tahu gimana, kenapa, dan seperti apa, tapi yang pasti ketika hari itu dia berbicara dengan saya dan memamerkan kawat gigi di sela-sela senyumannya, saya langsung jatuh cinta! Straight away! Dan .. Karena saya merupakan orang yang cukup agresif dan selalu ingin mendapatkan apa yang saya mau, dimulai dari hari itu pun kisah pencarian cinta saya dimulai. Saya lupa berapa lama waktu yang saya butuhkan untuk akhirnya saya bisa membuat dia merasakan hal yang sama, karena saya ingat dulu ia juga pernah bercerita kalau dia juga mengejar saya.

And so … time goes by ..

Datanglah hari itu, minggu, 8 maret 2009. Yah, hari itu akhirnya saya resmi menyandang status sebagai ‘Pacarnya Kambing’. Kebo, begitu ia memanggil saya. Memang, saya tahu kalau panggilan itu terkesan konyol dan nggak romantis, dan mungkin malah terlalu dimirip-miripin dengan kisahnya Raditya Dika. Tapi, jujur, kami berdua sama sekali nggak tahu kalau itu adalah dua tokoh yang pernah ada lowh!

Selebihnya, kami hanyalah sepasang insan biasa yang mencoba untuk saling mengisi hari-hari satu sama lainnya. Saya nggak pernah tahu apa yang saya suka dari dia, karena saya suka semuanya, bahkan yang paling tidak saya sukai. Jadi, saya bingung ketika ada orang yang menanyakannya.

Kambing adalah orang yang jauh berbeda dengan laki-laki lain yang pernah jadi pacar saya. Kambing itu sahabat saya. Kambing itu nggak pernah mencoba untuk menjadi pacar yang sempurna, tapi selalu mencoba untuk menunjukkan siapa dirinya di depan saya dan membuat saya belajar untuk menerima dia. Kambing itu adalah orang yang selalu membuat saya tenang ketika saya lagi gelisah dan merasa bimbang. Kambing tahu bagaimana menjinakkan saya yang sering egois dan lepas kendali. Kambing itu menerima semua dari saya dan jarang sekali mengeluh.

Kambing adalah guru bagi saya. Seorang motivator dan juga pendengar yang baik. Ia selalu bisa mengeluarkan sisi terbaik saya dan selalu mencoba membuat saya menjadi orang yang jauh lebih baik. Ia membiarkan saya terbang dan tetap selalu membukakan pintu untuknnya ketika saya butuh berteduh.

Semua yang Kambing lakukan pada saya adalah kebalikan dari apa yang saya harapkan dari seorang pacar. Ia bukan orang yang mencoba untuk menjadikan saya seorang putri, tapi ia membuat saya belajar untuk menjadi orang yang pantas untuk dicintai.

Dan karenanya, saya jatuh cinta dengannya.

Jujur, saya bukanlah orang yang sempurna. Banyak sekali kesalahan yang saya buat terhadap dia. Banyak hal yang saya sembunyikan. Tapi, itu tidak membuatnya berubah.

Apa yang telah ia perbuat terhadap saya adalah jauh dari apa yang pernah ia bayangkan. Ia adalah salah satu alasan saya untuk tetap berada di tempat ini. Untuk menggali sesuatu dari dalam diri saya. Untuk membuat saya mau lebih banyak berkembang.

Apa yang ia lakukan dengan saya, membuat saya merasa jauh lebih berarti. Dan membuat saya malu akan hal-hal yang belum pernah saya coba lakukan. Hal-hal yang membuat saya bahagia, namun takut untuk menggapainya.

Kambing adalah pendorong saya. Kambing adalah orang yang bisa membuat saya sadar bahwa mimpi saya harus saya kejar dan tidak ada yang salah untuk merasa takut.

Saya kagum dengan dia.

Yah, saya juga menyadari bahwa hubungan itu pun tidak jauh dari retakan-retakan kecil. Hubungan itu tidak sempurna. Dan, sampailah kami berdua pada sebuah titik.

Senin, 25 oktober 2010!

Butuh waktu cukup panjang dan lama untuk menelaah itu semua. Sebuah titik yang besar yang tidak pernah saya harapkan untuk ada. Sebuah titik yang kemudian membuat saya mengubur kembali hasrat-hasrat saya untuk menjadi ‘super woman’.

Butuh waktu 4 minggu , atau 28 hari, untuk akhirnya menyadari bahwa semua ini sudah berubah. Bahwa status yang dari dulu saya banggakan akhirnya kandas juga.

Butuh waktu satu bulan untuk akhirnya berani lagi untuk kembali menuliskan ini semua. Mengeksploitasi isi hati saya. Dan untuk berani menangis, seorang diri.
Memang butuh waktu sedemikian panjang bagi saya untuk menyadari dan menerima ini semua, namun, jujur rasa itu tidak pernah berubah. Mungkin belum.
Karena perjalanan panjang selama 536 hari itu, benar-benar sulit untuk dilupakan. Terlalu indah untuk dikenang. Terlalu menyakitkan untuk dikubur begitu saja.
536 hari Kambing dan Kebo adalah sebuah momen yang cukup panjang untuk menyadarkan saya bahwa saya jatuh cinta dengan seorang laki-laki untuk pertama kalinya. Untuk merasa sangat tersakiti ketika semuanya harus diakhiri. Untuk merasa begitu kalut dan hancur bahkan merasa sangat sendirian.

Sampai detik ini, dimana saya menuliskan tulisan ini, hati saya masih hancur. Tapi, saya mencoba untuk kembali merekatkan serpihannya sedikit demi sedikit. Saya merasa menang, karena dengan merasa hancur saya telah mencoba untuk melepaskan keegoisan saya. Saya akhirnya pernah mencoba untuk menjalin sebuah hubungan yang sangat berharga bagi saya. Saya akhirnya pernah mencoba untuk mencintai orang lain. Saya akhirnya berani untuk melepaskan hati saya dan menitipkannya ke orang lain. Saya bangga!

Detik ini.

Saya merasa menang!

Saya tidak lari dari apa yang saya hadapi, tapi saya mencoba untuk berjalan perlahan-lahan sambil mengumpulkan serpihan-serpihan puzzle hidup saya kembali dengan menghadapi semuanya.

Saya merasa menang!

Dan esok ..
well ..

the sun’ll come out, tomorrow,
bet your bottom dollar that tomorrow, there’ll be sun
just thinking about, tomorrow,
take away the sadness and the sorrow, till there’s none
when I stuck with a day, that’s grey and lonely
I just stick out my chin, and grin, and say
The sun’ll come out, tomorrow
So you gotta hang on till tomorrow, come what may
Tomorrow .. tomorrow .. I love you, tomorrow ..
There’s always a day away

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

akhirnya, aku yang pergi ...

Pagi itu, tepat pukul 8 pagi. Waktu yang ia janjikan untuk pergi menunaikan kewajiban kami setiap minggu. Aku sudah sampai di depan rumahnya. Ada 3 mobil terparkir di halaman rumahnya, pasti itu milik teman-temannya, yang aku asumsikan telah menginap di rumahnya semalaman ini. Tidak heran kalau telepon selularnya tidak ia angkat. Aku beranjak menuju pintu depan dan dengan mudah aku bisa masuk ke dalamnya. Ternyata tidak terkunci. Aku masuk kedalam dan melihat sebuah pemandangan yang sudah kuperkirakan sebelumnya. Sebuah transformasi dari sebuah rumah mewah bergaya minimalis, hasil keringatnya sendiri, menjadi sebuah kapal pecah yang penuh dengan laki-laki yang tertidur topless dan berbau alkohol. Aku tidak bisa menemukan dirinya di ruang tamu itu, kuasumsikan ia ada di kamarnya. Selama beberapa saat, pikiranku cukup melayang menuju beberapa tahun terakhir ini .. Rian Suhandi. Kakak kelasku yang aku kenal ketika aku baru saja memasuki sebuah perguruan tinggi swasta di kota bunga itu. A...

Question of Life (?)

Sehabis berbincang-bincang dengan seorang teman, saya kemudian berpikir akan pertanyaan-pertanyaan yang sering kali menjadi acuan akan jalan hidup seseorang. Pernah ada orang yang berkata pada saya kalau hidup seseorang itu dirancang hanya untuk mengikuti jalur yang sudah ada, yang kemudian menjadi tuntunan orang-orang untuk berani lancang bertanya pada orang lain akan hal-hal yang harusnya terjadi pada orang tersebut. "Mau kuliah dimana?" Pertanyaan pertama yang mulai saya dapatkan ketika saya berhasil lulus SMA. Pertanyaan yang seakan-akan memberi sejuta ton pemberat untuk hidup saya karena seolah-olah saya harus masuk ke perguruan tinggi terbaik di dunia. "Kapan lulus?" Pertanyaan retorik basa-basi yang akan selalu ditanyakan semua orang melihat angka semester saya yang sudah semakin membengkak. Yang pada akhirnya menuntun saya pada masa-masa jatuh-bangun. Membuat saya hanya terpacu untuk cepat keluar dari tempat itu, membuktikan bahwa saya berhasil ...

My RainMan

Untuk aku dan dia, hujan adalah segalanya. Hujan adalah sebuah mediator yang membuat aku dan dia bertemu. Ketika hujan turun, aku akan selalu berlari menuju ke luar rumahku dan mencoba untuk merasakan setiap tetesannya berjatuhan di telapak tanganku. Berbeda dengan dia yang dengan santai berjalan dengan elok di bawah guyurannya. Untukku, itu terlalu memakan resiko, resiko kalau esok hari aku harus tetap berada di bawah selimut karena virus influenza yang gemar sekali mendatangi tubuh mungilku. Dan hujan .. membuat semuanya menjadi mustahil bagiku. Sebuah keajaiban kecil yang Tuhan beri untuk umatnya dan secara random meluncur ke hadapanku. Aku memanggilnya rainman, karena setiap kali aku bertemu dengannya hujan pasti akan turun. Terlepas dari prakiraan cuaca yang men- judge kampung halamanku ini sebagai kota hujan, hujan pasti akan selalu turun ketika ia ada. Pasti. "Kamu nggak bawa payung lagi?" tanyaku klise ketika ia berdiri di depan rumahku. "Ngg...