Skip to main content

7 great days !!

Liburan semester kali ini yang disambung defngan libur Natal n Tahun Baru, and problably Imlek juga, akhirnya kalo ditotal-total mencapai 2 bulan. Waaah .. Panjang ya? Nah, hal itu juga yang membuat saya jadi sedikit berpikir-pikir, apa ya yang harus saya lakukan untuk mengisi libur yang super duper panjang itu tanpa ngerasa bosen?

So, I've made a decision!

Akhirnya, saya memutuskan untuk mencoba magang. Or, just doing something yang bisa menghabiskan hari-hari libur saya. Yang penting, selama liburan saya nggak akan ngabisin uang banyak (tapi, waktu saya nulis ini, saya baru aja shopping and ngabisin uang quite a lot, hehehe .) dan syukur-syukur malah bisa nambah pemasukan saya.

Akhirnya, sampailah saya pada suatu keputusan untuk ikut magang di sebuah sekolah yang terletak di daerah Tanggerang. Sekolah Khusus Spectrum! Sekolah ini emang spesial banget dan saya tahu sekolah ini juga karena salah satu adek sepupu saya bersekolah disini.

Yang berbeda dari sekolah ini adalah murid-muridnya yang bisa saya bilang spektakuler dan luar biasa juga guru-gurunya yang unbelievable sabar. And, I've spent 7 days there. Mencoba untuk mengobservasi dengan harapan salah satu hal yang menarik disana bisa saya jadikan topik skripsi saya. And here isi the story about those 7 days ...

Day 1
1st day of school selalu jadi hari yang paling mendebarkan dan paling menegangkan, walaupun sebenarnya bukan saya yang akan 'pergi sekolah', melainkan saya ikut-ikutan ngeliat kegiatan belajar mengajar di sekolah ini. Akhirnya, ketika saya sampai di depan pintu gerbang sekolah ini, saya merasa 'freak out'. Oh my God, bener nggak sih saya pengen lihat hal-hal ini.

Ya.. sebenarnya nggak ada yang perlu saya takutin, tapi mungkin karena saya belum terbiasa dengan beberapa hal yang cukup unusual di sekolah ini, saya jadi agak canggung dan bingungan.

Hari itu, saya ditempatkan di kelas 7 dan kelas 4/5. Berbeda dengan sekolah lain yang belajarnya bisa 1 kelas isinya 50 orang, di kelas yang saya masuki ini isi murid di kelas 7 hanya 4 orang. Itu pun pelajarannya hanya membaca jam dan menghitung berapa jam yang dihabiskan dari pukul sekian sampai sekian. Yeph, mostly murid-murid yang sekolah disana adalah anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus. Entah mereka adalah anak autis, hiperaktif, lambat belajar, down syndrome, atau lain-lainnya. Kebanyakan di antara mereka juga adalah anak-anak yang masih susah mengikuti norma-norma masyarakat dan sulit untuk diajak berkomunikasi. And my first day is already full of surprises. Dari melihat seorang murid yang tiba-tiba teriak-teriak di kelas sampai kena jambak gara-gara ada murid yang kesel waktu belajar.

Day 2
Di hari kedua, saya ikut kelas adek sepupu saya yang duduk di kelas 8. Waktu itu di kelas itu yang masuk ada 8 murid. Cukup berbeda dengan kelas yang kemarin saya masuki. Kelas ini pelajaran cukup susah juga. Dan, saya masuk ke kelas ini waktu pelajaran kimia (jadi inget my boyfriend's parents. wkwkwkwk). Dan, yang menarik dari kelas ini adalah mereka yang berada di kelas ini sudah memasuki masa-masa remaja, yang mana tubuh mereka pun juga sudah mulai berubah. Jadi, ketika di dalam kelas pun, mereka diminta untuk memakai deodoran, merapikan rambut, memakai cologne, dll. Pokoknya benar-benar dituntun mengenai bagaimana cara merawat diri dengan benar.



Setengah hari setelah itu saya dipindahkan ke kelas yang lain. Saya masuk ke kelas 2 dengan 4 orang di dalam kelas. Ada sebuah kejadian menarik yang saya dapatkan di kelas ini. Ada seorang anak perempuan yang sering merasa cemas dan susah untuk mengontrol emosinya. Hari itu, ia sempat menangis dan teriak-teriak karena takut akan kakak kelasnya yang 'nebeng' di kelas itu. Setelah guru kelas itu bisa dengan sukses membuat anak itu tenang, tiba-tiba teman perempuan sekelasnya yang terkena down syndrome datang dan mengelus kepalanya sambil bilang "Udah, jangan nangis lagi, ya. Sini peluk.". Dan mereka berpelukan. Oh God, how sweet it can be ? Anak kecil itu, bisa dengan dewasa mencoba untuk menenangkan temannya. Nah, kalo saya yang sudah dewasa ini kok malah jarang bersikap seperti itu ya?

Day 3
Hari ketiga, masuk ke kelas 3. Ada 4 orang di kelas ini waktu saya masuk ke dalam kelas ini. Saya ikut pelajaran olah raga di kelas ini, dan ada anak kecil cowok yang suka banget nempel-nempel ama saya. Sayangnya dia masih belum bisa bicara. But he's so cute. Hehehehe .

Setelah itu saya ikut kelas 5. Disini saya sampe kebingungan. Kok isinya anak-anak pinter-pinter ya? Pelajarannya biasa-biasa aja. Murid-muridnya juga mostly terlihat baik-baik saja. And by the end of the class, there's a student yang nyanyi lagu Tompi. Keren boy ! Hehehe .



Oia, di hari ini saya juga cukup dikejutkan dengan sebuah kejadian yang tidak menyenangkan. Jadi, sekolah ini dibagi menjadi 2 bagian. Talent dan Mainstream. Kelas-kelas yang saya masukin beberapa hari ini adalah kelas-kelas di bagian Mainstream dimana anak-anaknya sudah bisa diajak berbicara, mengerti order, dan sudah tidak agresif lagi. Sedangkan kalau di Talent, mereka masih membutuhkan lebih banyak perhatian lagi. So, ketika istirahat, saya lagi asyik mengambil foto anak-anak Mainstream yang mau sholat. Tiba-tiba ada anak perempuan yang dari Talent datang dan menarik baju saya sampai kancing baju saya lepas. Setelah itu dia menepuk tangan saya dan saya nggak mengerti apa maunya (baru kemudian setelah itu saya mengerti kalau ia minta dinyanyikan lagu). Karena saya diam saja, dia mungkin kesal dengan saya, dan akhirnya saya kenal tampol di muka. Mantabz! Saya shock banget. Huaaah !

Day 4
Hari ini saya kembali lagi masuk ke kelas 5. Dan ada salah seorang murid di kelas ini yang mulai dekat dengan saya. Hahaha. Lucu juga mengingat usia saya terpaut cukup jauh. Lucunya lagi, anak itu hanya suka berdekatan dengan saya, dan ketika saya tanya 'ada apa', dia akan langsung menjauh.

Setelah itu, saya masuk ke kelas transisi. Kelas ini seperti pre-school. Anak-anaknya juga masih kecil-kecil. Tapi, susaaaah banget untuk diatur. Lucu banget, ada yang suka banget dipangku sama saya. Menggemaskan!!

Day 5
Pagi-pagi langsung masuk ke kelas 1. Anak-anaknya masih mungil-mungil dan sebenarnya lucu-lucu. Tapi, namanya juga masih kelas 1, masih ribut dan susah untuk diatur. Hal yang menarik di kelas ini adalah saya mulai sadar kalau ternyata kelas-kelas yang dibentuk disini bukan didasarkan atas kepintaran masing-masing murid tetapi lebih kepada bagaimana mereka bersikap. Yah, di kelas ini, walaupun mereka sudah mulai bisa mengerjakan beberapa hal yang cukup sulit (menurut saya), tetapi mereka susah sekali untuk diajak duduk tenang. Belum lagi, usia mereka juga masih cukup kecil.

Setelah dari kelas itu, saya masuk ke kelas 3 atau 4, saya agak lupa. Pelajarannya adalah ADL (activity daily living), jadi mereka diajari hal-hal kecil dan sederhana yang berhubungan dengan aktivitas harian. Dan, pada hari itu, mereka belajar untuk mencuci piring. Simple, tapi saya yakin kalau hal itu sulit sekali untuk diajarkan pada mereka. Guru yang hebat dan sabar deh itu!

Day 6
Hari ke-6. Semua kelas mainstream sudah saya jelajahi. Dan, inilah waktunya untuk masuk ke kelas Talent. Di bagian Talent, ada 3 kelas yang dibagi berdasarkan kemampuan masing-masing murid. Hari ini saya habiskan hanya di 1 kelas saja, itu pun cukup membuat saya ketakutan pada awal-awalnya. Cukup berbeda dengan kelas Mainstream, di kelas ini hal-hal yang dipelajari jauh lebih mudah dan lebih berdasarkan pada kemampuan-kemampuan umum saja. Mereka lebih diperkenalkan dengan norma-norma di masyarakat dan untuk belajarnya? Well, mereka hanya betah belajar selama 10 menit dan sisanya? Silahkan Anda membuat mereka diam dan tidak marah-marah. Hehehehe .

Day 7
Hari terakhir. Sedih harus ninggalin sekolah ini sebenarnya. Entah kenapa dibalik kejenuhan saya, saya merasa banyak sekali belajar dari sekolah ini, dari murid-muridnya terutama. Hari ini lebih banyak saya pakai untuk bersenang-senang dan bermain-main. Memeluk banyak sekali murid yang cukup dekat dengan saya beberapa hari ini. Mencoba untuk mengingat mereka dalam bentuk-bentuk yang lucu dan menarik.

Salah satu kejadian yang menarik di hari terakhir ini adalah saya bertemu anak genius! Bayangkan, anak ini bisa banyak hal dan sangat pandai berhitung dan menghafal. Pada satu kesempatan, guru kelasnya mencoba untuk menunjukkan hal itu kepada saya. Guru tersebut menuliskan beberapa tanggal-tanggal pada tahun 2010 dan anak itu diminta untuk menyebutkan hari-hari apakah yang ada pada tanggal-tanggal tersebut. Dan, semua tanggal-tanggal tersebut bisa dijawab dengan benar! How amazing that is! Gimana ia bisa tahu kalau tanggal 2 febuari 2010 itu hari Selasa, Minggu, atau Jumat? Wow !!

......

Banyak orang yang menanyakan pada saya, apa sih yang saya mau lihat di sekolah ini. Pada awalnya, saya juga tidak tahu apa yang mau saya cari. Tetapi, sekarang, saya mulai melihat bahwa saya mau mencari unconditional love di mata anak-anak itu. Sempat kakak saya pernah bertanya, "Kira-kira anak-anak kayak mereka bakal masuk neraka nggak ya? Kan mereka nggak ngerti dosa itu apa.". Dan saya juga tidak tahu apa jawabannya. Menurut Anda?

All I can answer is that I can see passion in their eyes and I can see lots of love in that place. If, they can build a place that can make those children happier than before, I'm sure we can make a better place in the world for all of us either.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Mr.B

B  : You change your hair. Me : Wooow! You noticed? >o< B  : It's hard not to. Me : Nobody else said anything bout it. * blink* Aku merasa sedikit terperanjat karena tanda lingkaran hijau di samping namanya tidak lagi menyala. Ada sedikit rasa pedih membersit, ketika tiba-tiba nama itu tidak lagi muncul di layar telepon genggamku.  Aku menunggu beberapa saat kemudian, berharap nama itu kembali menyala dan membalas apa yang sudah aku katakan. Aku hanya menggigit ujung bibirku dan mematikan ponselku seraya memasukkannya ke dalam tas.  Hari ini hujan dan aku lupa membawa payung. Sial . Aku mengumpat dalam hati dan berlari menembus hujan kota Jakarta, menuju halte TransJakarta yang berjarak seratus meter dari pintu gedung kantorku.  ... Aku melempar lembaran tissue ke sepuluh yang sudah aku gunakan ke dalam keranjang sampah di belakangku. Not the time to get sick! Aku kembali bersumpah serapah dalam hati. Merasa menyesal karena...

one missed birthday

Ring . ring . Pukul 06.00. Aku terbangun dengan kepala sedikit pusing. Bingung karena tak merasa memasang alarm yang akan membangunkanku di pagi buta ini. Kuraih handphone mungil itu dan melihat tulisan di layarnya. Yagh, memang bukan alarm. Hanya reminder. ‘Sarah’s birthday.’ Dengan segera aku buka phonebookku yang sudah tak terhitung lagi ada berapa banyak nama yang terpampang disana. Ada! Nomor telepon Sarah di negeri seberang itu. Tapi, masihkah ia menggunakan nomor ini? Kuurungkan niatku dan segera menuju menuju shortcut Facebook dan mencari namanya diantara 1000 nama lainnya. Tidak ada! Aku mencoba membuka semua foto dan notes mengenai dia. Tidak ada! Kemana dia? Namun ternyata rasa penasarannya termakan oleh rasa kantuk yang masih luar biasa. Aku kembali tertidur dan melupakannya dengan segera. Siang ini sepi. Aku hanya duduk sendiri di area kampus yang selalu bisa membuatku tidak merasa sendiri walaupun pada kenyataanya tempat itu memang sepi. Terl...

"Maaf, apakah saya mengenal Anda?"

Aku ingin membunuhnya. Suara-suara yang meracau ketika aku tengah terbangun. Ikut terdiam ketika aku butuh untuk dinina-bobokan. Aku membencinya karena ia datang ketika aku tidak menginginkannya. Membuatku terjaga dengan kepala berat, Dan sungguh, itu menyebalkan. Aku ingin membunuhnya. Suara-suara gaduh di luar sana. Yang dengan sekejap mata bisa membuat aku melayang tinggi ke surga. Tapi, dengan tak kalah cepat membuat aku jatuh hingga terpeleset masuk ke dalam kubangan. Sungguh keparat! Aku ingin membunuhnya. Suara-suara kacau. Berisik! Hingga ingin aku berteriak di telinganya, "Siapa Anda berani meracau di tiap hari saya?". Aku seperti orang tuli yang ingin mendengar. Aku seperti pencipta orkestra yang membenci biola. Aku seperti orang linglung di tengah orang-orang jenius. Dan, aku benci keadaan itu. Aku ingin membunuhnya. Suara-suara yang membuatku merasa demikian. Aku ingin membunuhnya. Suara yang membuat hati ini bergejolak. Ingin muntah. Ingin lari. Ingin hilang. Hin...