Skip to main content

Going to China - Jilin & Harbin

Pergantian tahun sudah dilewati, dan itu artinya kami juga akan memasuki perjalanan menuju ke kota baru.

1 Januari 2014
Kami menuju ke kota Jilin. Di sana, kami mengunjungi sebuah alun-alun atau square dimana banyak masyarakat kota sering beraktivitas. Ditengah-tengah Jilin Century Square, terdapat patung Bapak China.

Kemudian, kami mengunjungi Deer Plant. Tempat tersebut katanya sih seperti penangkaran rusa-rusa karena dagingnya bisa dimakan dan tanduknya juga baik untuk kesehatan. Sayangnya, sepertinya rusa-rusa yang ada disana tidak terlalu banyak dan tempatnya pun tidak menarik untuk dikunjungi. Di dalamnya juga terdapat toko yang menjual berbagai tumbuhan herbal seperti ginseng yang luar biasa mahal dan nggak menarik buat saya. Hehehe.

Tetapi, yang menarik ketika saya mengunjungi tempat tersebut adalah hamparan lapangan yang putih bersih dan berisi salju banyaaaaaaaaak sekali!



2 Januari 2013
Akhirnya setelah dari Jilin, kami berangkat menuju Harbin! The coldest place! Tahun lalu, suhu di kota tersebut mencapai -38 derajat Celcius, we were lucky, karena pada saat kami kesana suhunya hanya mencapai -18 derajat Celcius. But it got colder and colder during the night.

Suatu catatan yang luar biasa yang saya temui dalam perjalanan menuju Harbin adalah panjangnya perjalanan mencapai 5 jam dengan menggunakan bus. Kami tidak bisa berjalan terlalu cepat karena jalanan terlalu licin. Tetapi, bukan lamanya perjalanan yang harus kami tempuh yang menjadi masalah, yang menjadi masalah adalah dengan cuaca yang sangat dingin, tentunya dorongan untuk ke kamar kecil juga semakin meningkat. Akhirnya, dalam perjalanan tersebut, kami harus berhenti selama 2 kali di pom bensin yang tersedia di sepanjang jalan. For Indonesian, be blessed that you have Pertamina yang selalu meningkatkan kualitas fasilitasnya! Sepanjang perjalanan saya keliling Jawa, kalau harus ke kamar kecil, mampir di pom bensin udah bukan masalah lagi karena fasilitasnya sudah semakin bagus dan bersih. Tetapi, di perjalanan antara Jilin dan Harbin, luar biasa! Boro-boro ada WC, yang tersedia hanya lubang-lubang saja. Literally! So, just do whatever you gotta do, then leave! No doors, no water, just a square hole and it's stink! Waaah .. ilfil banget deh pokoknya! Jadi, ingat, kalau mau jalan jauh begitu jangan minum banyak-banyak jadi nggak perlu berhenti untung buang air.

Terlepas dari hal tersebut, finally kita sampai di kota Harbin. The city is so beautiful! Di setiap sudutnya, terdapat berbagai bangunan-bangunan yang terbuat dari es. Indah sekali! It just happens once a year every winter. 

Ada dua tempat wisata keren yang kami kunjungi pada hari tersebut.
Sun Island Snow Carving
Di tempat ini, terdapat berbagai ukiran yang terbuat dari salju! They are fantastic and amazing! Ada banyak sekali bangunan dan juga patung-patung yang benar-benar terbuat dari salju walaupun memang bukan salju alami. Mengapa? Karena menurut yang saya dengar, salju tersebut harus buatan manusia yang sudah khusus sehingga lebih padat dan keras untuk membuat berbagai bentuk-bentuk tersebut.

Nah, namanya sial ternyata datang juga. Di tempat itu, saya malah kepleset dan jatuh. Sampai sekarang, rasanya masih terasa sakit. Tapi, nggak hanya saya saja yang kepeleset, banyak orang juga ada yang terpeleset. Bahkan salah satu team tour kami ada yang sampai harus dibawa ke rumah sakit. So, please be careful and watch your step if you ever go to that place!



- all of the statues are great and nice, but sometimes I don't really get what the artist are trying to say .. yah, namanya aja seniman.. -

Malamnya, kami mengunjungi tempat keren lainnya Ice Snow World



Tempat tersebut adalah sebuah wahana besar yang berisi berbagai macam bangunan yang teruat dari balok-balok es. Sebenarnya kalau kita melihatnya saat siang, tempat tersebut tidak terlihat bagus. Tetapi kalau kita melihatnya pada malam hari, sinar-sinar lampu yang menerangi bangunan-bangunan itu membuatnya terlihat fantastik! So beautiful! Sayangnya ada beberapa hal yang kurang sempurna menurut saya: (1) Saya nggak punya kamera bagus untuk merekam indahnya tempat tersebut dengan baik atau setidaknya, kalaupun kamera saya sebenarnya bisa, saya nggak tau caranya. (2) Saya nggak tahan dengan dinginnya yang mencapai -20 derajat celcius, jadi kurang banyak mengabadikan tempat tersebut. Huxhux. (3) Saya nggak tahu ada prosotan dari es, jadi nggak sempet naik! Kecewa berat! 


3 Januari 2014
Hari terakhir di Harbin, dan kami mengunjungi dua tempat wisata, yang pertama adalah Siberian Tiger Park. Tempat penangkaran harimau Siberia. Terdapat kira-kira 200 ekor harimau di tempat tersebut dan mereka terawat dengan sangat baik. harimau-harimau disana agak berbeda dibandingkan harimau yang ada di Indonesia karena harimau-harimau tersebut jauh lebih gendut. Mungkin mereka harus punya banyak lemak supaya nggak kedinginan.

Selain harimau, juga ada singa dan bahkan salah satu singa dan harimau di tempat tersebut ada yang menikah dan menghasilkan Liger atau Lion-Tiger. So awesome! Sayang, saya nggak punya fotonya.

Setelah itu, kami kemudian mengunjungi sebuah bangunan bekas Gereja Ortodoks Rusia yang sekarang digunakan sebagai museum.


At night, we went to a fantastic restaurant in Shangrila Hotel, it is the one and only Ice Restaurant in the world! Disana kami makan hot pot dengan bervariasi jenis makanan. Tapi, makan di ruangan bersuhu -12 derajat celcius tersebut sungguh tidak nyaman. Tangan bahkan nggak bisa memegang sumpit dan rasanya dingin setengah mati! But the place looks so awesome!



On the next day, we flew back to Indonesia early in the morning when the temperature was -28 degree! Well, kira-kira begitulah perjalanan dan review saya dari perjalanan saya ke China. Kalau ditanya apakah saya akan kembali lagi kesana, well mungkin tidak akan dalam jangka waktu dekat kecuali ada urusan bisnis dan sebagainya. Hahhaa . It's just too cold for me and they can't speak English and I can't speak Mandarin also, so that would be a big problem. But, if you are curious to try, just go and enjoy it by yourself! 


Comments

Popular posts from this blog

akhirnya, aku yang pergi ...

Pagi itu, tepat pukul 8 pagi. Waktu yang ia janjikan untuk pergi menunaikan kewajiban kami setiap minggu. Aku sudah sampai di depan rumahnya. Ada 3 mobil terparkir di halaman rumahnya, pasti itu milik teman-temannya, yang aku asumsikan telah menginap di rumahnya semalaman ini. Tidak heran kalau telepon selularnya tidak ia angkat. Aku beranjak menuju pintu depan dan dengan mudah aku bisa masuk ke dalamnya. Ternyata tidak terkunci. Aku masuk kedalam dan melihat sebuah pemandangan yang sudah kuperkirakan sebelumnya. Sebuah transformasi dari sebuah rumah mewah bergaya minimalis, hasil keringatnya sendiri, menjadi sebuah kapal pecah yang penuh dengan laki-laki yang tertidur topless dan berbau alkohol. Aku tidak bisa menemukan dirinya di ruang tamu itu, kuasumsikan ia ada di kamarnya. Selama beberapa saat, pikiranku cukup melayang menuju beberapa tahun terakhir ini .. Rian Suhandi. Kakak kelasku yang aku kenal ketika aku baru saja memasuki sebuah perguruan tinggi swasta di kota bunga itu. A...

Question of Life (?)

Sehabis berbincang-bincang dengan seorang teman, saya kemudian berpikir akan pertanyaan-pertanyaan yang sering kali menjadi acuan akan jalan hidup seseorang. Pernah ada orang yang berkata pada saya kalau hidup seseorang itu dirancang hanya untuk mengikuti jalur yang sudah ada, yang kemudian menjadi tuntunan orang-orang untuk berani lancang bertanya pada orang lain akan hal-hal yang harusnya terjadi pada orang tersebut. "Mau kuliah dimana?" Pertanyaan pertama yang mulai saya dapatkan ketika saya berhasil lulus SMA. Pertanyaan yang seakan-akan memberi sejuta ton pemberat untuk hidup saya karena seolah-olah saya harus masuk ke perguruan tinggi terbaik di dunia. "Kapan lulus?" Pertanyaan retorik basa-basi yang akan selalu ditanyakan semua orang melihat angka semester saya yang sudah semakin membengkak. Yang pada akhirnya menuntun saya pada masa-masa jatuh-bangun. Membuat saya hanya terpacu untuk cepat keluar dari tempat itu, membuktikan bahwa saya berhasil ...

My RainMan

Untuk aku dan dia, hujan adalah segalanya. Hujan adalah sebuah mediator yang membuat aku dan dia bertemu. Ketika hujan turun, aku akan selalu berlari menuju ke luar rumahku dan mencoba untuk merasakan setiap tetesannya berjatuhan di telapak tanganku. Berbeda dengan dia yang dengan santai berjalan dengan elok di bawah guyurannya. Untukku, itu terlalu memakan resiko, resiko kalau esok hari aku harus tetap berada di bawah selimut karena virus influenza yang gemar sekali mendatangi tubuh mungilku. Dan hujan .. membuat semuanya menjadi mustahil bagiku. Sebuah keajaiban kecil yang Tuhan beri untuk umatnya dan secara random meluncur ke hadapanku. Aku memanggilnya rainman, karena setiap kali aku bertemu dengannya hujan pasti akan turun. Terlepas dari prakiraan cuaca yang men- judge kampung halamanku ini sebagai kota hujan, hujan pasti akan selalu turun ketika ia ada. Pasti. "Kamu nggak bawa payung lagi?" tanyaku klise ketika ia berdiri di depan rumahku. "Ngg...