Hari ini tepat seminggu semenjak kamu pergi meninggalkanku. Tapi, rasanya aku masih bisa mencium bau tubuhmu yang selalu dapat membuatku nyaman.
Seperti malam ini. Aku masih belum bisa kembali memejamkan mata. Terlalu takut untuk menyapa hari esok dan menyadari bahwa kau tak lagi ada di sisi.
Aku merindukanmu. Seperti sebatang pohon yang merindukan air untuk bertahan hidup di musim kemarau. Aku kedinginan tanpa pelukmu. Aku meringkuk disini sambil sedikit terisak. Memandang wajahmu hanya dari guratan warna di selembar kertas. Seperti anak kecil yang merindukan ibunya, aku mengenangmu.
Kamu pergi, dengan egois tanpa pernah memberikan isyarat. Bahkan, firasat terdalam seorang kekasih tak dapat merasa bahwa waktu tak lagi mendukung kebersamaan ini.
Mataku masih belum mengantuk, walau setiap hari aku hanya menyisakan 3 jam untuk terbawa ke alam mimpi. Dan disana, aku bertemu kamu. Nyaman sekali. Mungkin malaikat masih baik padaku, untuk menghadirkanmu dalam ketidaksadaranku. Namun, waktu kembali jahat padaku, untuk membangunkanku di pagi hari dan merenggutmu dari nyamannya tidurku.
Hari ini tepat seminggu kamu pergi. Masih sering aku mencoba menghubungimu, walau sebenarnya aku tahu kalau kau tak akan pernah ada di seberang sana. Tapi aku masih berharap malaikat disana masih mau menyampailkan salam-salamku untumu.
Seperti malam ini. Aku masih mengharap kamu akan mengangkat telfon itu dan menemaniku tertidur dalam senandungmu yang terkadang parau. Dimana aku dapat merasa aman.
Aku merindukanmu. Seperti bunga kesepian yang tak pernah dihinggapi kumbang. Aku terlunta, jatuh. Menangisi kesendirianku yang berujung sepi tanpa kamu. Seperti bocah rewel yang kehilangan balon. Begitu pula hatiku yang selalu menjerit namamu.
Dalam nafasku, aku mengharapmu. Kepergianmu yang tak pernah kurelakan.
Hari ini tepat seminggu kamu meninggalkan aku. Dan di hari ini, aku kembali menatap langit. Memohon sedikit belas kasih pada bintang, untuk sampaikan salamku padamu disana. Untuk melihat sedikit guratan senyummu yang terbang terbawa angin.
Untuk mengenangmu.
Mencoba melepasmu.
Sekali lagi.
Seperti malam ini. Aku masih belum bisa kembali memejamkan mata. Terlalu takut untuk menyapa hari esok dan menyadari bahwa kau tak lagi ada di sisi.
Aku merindukanmu. Seperti sebatang pohon yang merindukan air untuk bertahan hidup di musim kemarau. Aku kedinginan tanpa pelukmu. Aku meringkuk disini sambil sedikit terisak. Memandang wajahmu hanya dari guratan warna di selembar kertas. Seperti anak kecil yang merindukan ibunya, aku mengenangmu.
Kamu pergi, dengan egois tanpa pernah memberikan isyarat. Bahkan, firasat terdalam seorang kekasih tak dapat merasa bahwa waktu tak lagi mendukung kebersamaan ini.
Mataku masih belum mengantuk, walau setiap hari aku hanya menyisakan 3 jam untuk terbawa ke alam mimpi. Dan disana, aku bertemu kamu. Nyaman sekali. Mungkin malaikat masih baik padaku, untuk menghadirkanmu dalam ketidaksadaranku. Namun, waktu kembali jahat padaku, untuk membangunkanku di pagi hari dan merenggutmu dari nyamannya tidurku.
Hari ini tepat seminggu kamu pergi. Masih sering aku mencoba menghubungimu, walau sebenarnya aku tahu kalau kau tak akan pernah ada di seberang sana. Tapi aku masih berharap malaikat disana masih mau menyampailkan salam-salamku untumu.
Seperti malam ini. Aku masih mengharap kamu akan mengangkat telfon itu dan menemaniku tertidur dalam senandungmu yang terkadang parau. Dimana aku dapat merasa aman.
Aku merindukanmu. Seperti bunga kesepian yang tak pernah dihinggapi kumbang. Aku terlunta, jatuh. Menangisi kesendirianku yang berujung sepi tanpa kamu. Seperti bocah rewel yang kehilangan balon. Begitu pula hatiku yang selalu menjerit namamu.
Dalam nafasku, aku mengharapmu. Kepergianmu yang tak pernah kurelakan.
Hari ini tepat seminggu kamu meninggalkan aku. Dan di hari ini, aku kembali menatap langit. Memohon sedikit belas kasih pada bintang, untuk sampaikan salamku padamu disana. Untuk melihat sedikit guratan senyummu yang terbang terbawa angin.
Untuk mengenangmu.
Mencoba melepasmu.
Sekali lagi.
Comments
Post a Comment