Skip to main content

Melepasmu Sekali Lagi

Hari ini tepat seminggu semenjak kamu pergi meninggalkanku. Tapi, rasanya aku masih bisa mencium bau tubuhmu yang selalu dapat membuatku nyaman.

Seperti malam ini. Aku masih belum bisa kembali memejamkan mata. Terlalu takut untuk menyapa hari esok dan menyadari bahwa kau tak lagi ada di sisi.

Aku merindukanmu. Seperti sebatang pohon yang merindukan air untuk bertahan hidup di musim kemarau. Aku kedinginan tanpa pelukmu. Aku meringkuk disini sambil sedikit terisak. Memandang wajahmu hanya dari guratan warna di selembar kertas. Seperti anak kecil yang merindukan ibunya, aku mengenangmu.

Kamu pergi, dengan egois tanpa pernah memberikan isyarat. Bahkan, firasat terdalam seorang kekasih tak dapat merasa bahwa waktu tak lagi mendukung kebersamaan ini.

Mataku masih belum mengantuk, walau setiap hari aku hanya menyisakan 3 jam untuk terbawa ke alam mimpi. Dan disana, aku bertemu kamu. Nyaman sekali. Mungkin malaikat masih baik padaku, untuk menghadirkanmu dalam ketidaksadaranku. Namun, waktu kembali jahat padaku, untuk membangunkanku di pagi hari dan merenggutmu dari nyamannya tidurku.

Hari ini tepat seminggu kamu pergi. Masih sering aku mencoba menghubungimu, walau sebenarnya aku tahu kalau kau tak akan pernah ada di seberang sana. Tapi aku masih berharap malaikat disana masih mau menyampailkan salam-salamku untumu.

Seperti malam ini. Aku masih mengharap kamu akan mengangkat telfon itu dan menemaniku tertidur dalam senandungmu yang terkadang parau. Dimana aku dapat merasa aman.

Aku merindukanmu. Seperti bunga kesepian yang tak pernah dihinggapi kumbang. Aku terlunta, jatuh. Menangisi kesendirianku yang berujung sepi tanpa kamu. Seperti bocah rewel yang kehilangan balon. Begitu pula hatiku yang selalu menjerit namamu.

Dalam nafasku, aku mengharapmu. Kepergianmu yang tak pernah kurelakan.

Hari ini tepat seminggu kamu meninggalkan aku. Dan di hari ini, aku kembali menatap langit. Memohon sedikit belas kasih pada bintang, untuk sampaikan salamku padamu disana. Untuk melihat sedikit guratan senyummu yang terbang terbawa angin.

Untuk mengenangmu.

Mencoba melepasmu.

Sekali lagi.

Comments

Popular posts from this blog

A new perspective

Someone once told me that there is nothing wrong with changes. He said that it would give me new perspective. He said, with me being away, it would makes me appreciate the thing that I had before. And yes, sure, Lately, I have been feeling it to be true. To be away with the things that I used to hold on - makes me realize that I have been spoiled. And now, I need to learn how to survive. To learn how to be brave again. And, sometimes, inevitably -- learning how to be OK with the sound of nothingness. Of course, once in a while, I envy those people who are still surrounded by luxury things. Obviously, I would constantly complain about the absence of my old routine. And, also sometimes, I would try to run away -- find the best escape route, just to get rid of the pain. How I hate changes. I wish some things were just stay the same -- forever. But then, I won't ever learn how to fly higher. I won't grow. But then, I also kind of asking my self, ... do I real...

one missed birthday

Ring . ring . Pukul 06.00. Aku terbangun dengan kepala sedikit pusing. Bingung karena tak merasa memasang alarm yang akan membangunkanku di pagi buta ini. Kuraih handphone mungil itu dan melihat tulisan di layarnya. Yagh, memang bukan alarm. Hanya reminder. ‘Sarah’s birthday.’ Dengan segera aku buka phonebookku yang sudah tak terhitung lagi ada berapa banyak nama yang terpampang disana. Ada! Nomor telepon Sarah di negeri seberang itu. Tapi, masihkah ia menggunakan nomor ini? Kuurungkan niatku dan segera menuju menuju shortcut Facebook dan mencari namanya diantara 1000 nama lainnya. Tidak ada! Aku mencoba membuka semua foto dan notes mengenai dia. Tidak ada! Kemana dia? Namun ternyata rasa penasarannya termakan oleh rasa kantuk yang masih luar biasa. Aku kembali tertidur dan melupakannya dengan segera. Siang ini sepi. Aku hanya duduk sendiri di area kampus yang selalu bisa membuatku tidak merasa sendiri walaupun pada kenyataanya tempat itu memang sepi. Terl...

Mimpi saya untuk mereka - penolong skripsi saya!

Beberapa hari belakangan ini, saya jadi teringat komentar teman-teman atau orang-orang yang bertanya tentang tugas akhir saya. Sebuah pertanyaan yang sebenarnya sangat klise dan bisa saya jawab apa adanya. Karena penelitian saya berhubungan dengan orang Tunarungu, dan ternyata pas nya lagi, di try out saya yang (Alhamdulilah) ke-tiga kalinya, saya diminta untuk ganti metode sama dosen pembimbing saya. Pada awalnya, cara saya mengambil data adalah dengan metode survei dengan mengisi skala/kuestioner, lalu, karena data saya tak kunjung valid, dosen pembimbing saya yang pantang menyerah dengan penelitian saya, mengusulkan saya untuk mengambil metode wawancara untuk mengambil data. http://maxcdn.fooyoh.com Pertanyaannya adalah: "Bagaimana cara mewawancara mereka?" Pertanyaan itu sering sekali ditanyakan oleh orang-orang yang tahu mengenai seluk-beluk skripsi saya. Ada yang keheranan, ada yang merasa itu cukup mustahil, ada yang merasa saya ini becanda, atau bahkan a...