Skip to main content

si minuman kuning-oren bikin segar !

Malam ini, gw masuk ke salah satu mini market deket kos gw. pengen banget rasanya minum something yang seger", sampe entah bagaimana pilihan gw tertuju pada satu minuman di tempat pendingin itu yang warnanya kuning.


Pulpy Orange.


langsung aja gw ambil minuman itu dan gw bayar beserta dengan cemilan-cemilan lainnya yang bakal menemani gw bergadang malem ini buat ngebut belajar psikodiag.

tapi, pas gw ambil minuman itu tiba-tiba di otak gw terbesit satu hal. one face of my friend. dan tiba-tiba gw kangen banget ma dia.

umph .

gw inget, pertama kali gw ngerasain minuman ini tu waktu gw lagi di bogor and somehow gw jatoh sakit. sucks.

dan hari itu harusnya gw janjian buat maen bareng ama temen gw itu. dan terpaksa deh gw batalin janji gw itu. tapi, ternyata temen gw itu malah dateng ke rumah gw bawain gw seabrek-abrek buah-buahan plus this drink, pulpy orange.

seharian kita berdua cuma ngobrol berdua di ruang tengah gw sambil gw tiduran di sofa pake bedcover tebel banget. sampe akhirnya gw ketiduran.

gag lama mungkin setelah itu, dia pamit pulang ke 'mbak' and said,

"mbak, gita-nya dijagain ya. kasian itu sakit. jangan ampe kenapa-kenapa."

sweeeet .

sweet banget !

buat ukuran seorang temen, gw gag nyangka dia bisa ngomong kayak gitu. untuk ukuran seorang temen gw gag nyangka dia bisa seperhatian itu. dan yang lebih dalem lagi, dia bener-bener pure ngasih gw selimut pertemanan yang anget banget.

umph .

tapi, itu dulu.

udah lama banget.

well, it was soooo yesterday. when everything was beautiful, saat bersama dia.

tapi gw inget, gw pernah suatu hari juga nulis tentang dia and gw bilang

"mungkin nanti aku dan dia tidak lagi bertemu,

mungkin nanti aku dan dia bisa saja bertengkar dan berperang,

atau mungkin nanti aku dan dia dapat tetap menjadi teman dan partner yang solid"

and so .

this it it, emang gag akan pernah ada yang sempurna, sama seperti hubungan gw ama dia. gag pernah sempurna. banyak intrik, banyak persiteruan, ada cinta dan sayang, sampe akhirnya harus terlepas.

sedih banget kalo gw harus inget-inget itu lagi. inget kalo semuanya itu cuma catatan sejarah.

hahaha ..

but yeah,

time goes by.

dia juga sudah menemukan hidupnya yang baru, yang aku rasa juga jauh lebih indah dari sebelumnya. dan yang pasti, with or without me disamping dia. gw gag pernah lupa buat doain dia, sama seperti yang selalu dia minta.

tapi, sebenarnya dia gag perlu meminta.

karena, gw sebenernya gag butuh musik jazz buat bisa nginget dia. gw cuma butuh otak gw aja.

:p

Comments

Popular posts from this blog

akhirnya, aku yang pergi ...

Pagi itu, tepat pukul 8 pagi. Waktu yang ia janjikan untuk pergi menunaikan kewajiban kami setiap minggu. Aku sudah sampai di depan rumahnya. Ada 3 mobil terparkir di halaman rumahnya, pasti itu milik teman-temannya, yang aku asumsikan telah menginap di rumahnya semalaman ini. Tidak heran kalau telepon selularnya tidak ia angkat. Aku beranjak menuju pintu depan dan dengan mudah aku bisa masuk ke dalamnya. Ternyata tidak terkunci. Aku masuk kedalam dan melihat sebuah pemandangan yang sudah kuperkirakan sebelumnya. Sebuah transformasi dari sebuah rumah mewah bergaya minimalis, hasil keringatnya sendiri, menjadi sebuah kapal pecah yang penuh dengan laki-laki yang tertidur topless dan berbau alkohol. Aku tidak bisa menemukan dirinya di ruang tamu itu, kuasumsikan ia ada di kamarnya. Selama beberapa saat, pikiranku cukup melayang menuju beberapa tahun terakhir ini .. Rian Suhandi. Kakak kelasku yang aku kenal ketika aku baru saja memasuki sebuah perguruan tinggi swasta di kota bunga itu. A...

Question of Life (?)

Sehabis berbincang-bincang dengan seorang teman, saya kemudian berpikir akan pertanyaan-pertanyaan yang sering kali menjadi acuan akan jalan hidup seseorang. Pernah ada orang yang berkata pada saya kalau hidup seseorang itu dirancang hanya untuk mengikuti jalur yang sudah ada, yang kemudian menjadi tuntunan orang-orang untuk berani lancang bertanya pada orang lain akan hal-hal yang harusnya terjadi pada orang tersebut. "Mau kuliah dimana?" Pertanyaan pertama yang mulai saya dapatkan ketika saya berhasil lulus SMA. Pertanyaan yang seakan-akan memberi sejuta ton pemberat untuk hidup saya karena seolah-olah saya harus masuk ke perguruan tinggi terbaik di dunia. "Kapan lulus?" Pertanyaan retorik basa-basi yang akan selalu ditanyakan semua orang melihat angka semester saya yang sudah semakin membengkak. Yang pada akhirnya menuntun saya pada masa-masa jatuh-bangun. Membuat saya hanya terpacu untuk cepat keluar dari tempat itu, membuktikan bahwa saya berhasil ...

My RainMan

Untuk aku dan dia, hujan adalah segalanya. Hujan adalah sebuah mediator yang membuat aku dan dia bertemu. Ketika hujan turun, aku akan selalu berlari menuju ke luar rumahku dan mencoba untuk merasakan setiap tetesannya berjatuhan di telapak tanganku. Berbeda dengan dia yang dengan santai berjalan dengan elok di bawah guyurannya. Untukku, itu terlalu memakan resiko, resiko kalau esok hari aku harus tetap berada di bawah selimut karena virus influenza yang gemar sekali mendatangi tubuh mungilku. Dan hujan .. membuat semuanya menjadi mustahil bagiku. Sebuah keajaiban kecil yang Tuhan beri untuk umatnya dan secara random meluncur ke hadapanku. Aku memanggilnya rainman, karena setiap kali aku bertemu dengannya hujan pasti akan turun. Terlepas dari prakiraan cuaca yang men- judge kampung halamanku ini sebagai kota hujan, hujan pasti akan selalu turun ketika ia ada. Pasti. "Kamu nggak bawa payung lagi?" tanyaku klise ketika ia berdiri di depan rumahku. "Ngg...