Ia menegak habis isapan bir itu. Sudah gelas kedua dan ia belum merasa untuk berhenti. Entah sudah ada minuman apa lagi yang sebelumnya ia teguk. Tangannya bergerak memanggil pelayan untuk meminta gelas tambahan, tetapi secara halus aku menghalanginya. "Stop," kataku lirih. Ia hanya menatap tajam. Belum pernah aku lihat dia semarah itu. Ia hanya menarik nafas panjang dan tak berkata apa-apa. Sesekali bibirnya bergerak, seperti ingin menggerutu tetapi yang keluar dari bibirnya hanyalah hembusan angin yang panjang. Aku belum pernah melihatnya menegak alkohol dan tidak kusangka efeknya membuat ia semakin sekaku ini. Ia duduk dengan lebih tegap tetapi dengan wajah yang ia tundukkan. Ia marah .. atau ia ingin marah. Untuk itu, aku masih kurang paham. "Kenapa?" tanyanya perlahan. Ada keraguan ketika ia membuka suaranya. Suaranya bergetar, entah menahan marah atau ia ragu bahwa itu adalah pertanyaan yang tepat. Aku mengh...