Beberapa waktu yang lalu, saya sempat berkata pada beberapa orang terdekat saya, bahwa saya nggak mau merayakan ulang tahun saya tahun ini. Ada ketakutan tersendiri di dalam diri saya bahwa dengan bertambahnya usia saya, saya akan dengan langsung bertambah menuju satu level pendewasan yang lebih tinggi.
Well, banyak orang percaya kalau menjadi tua adalah suatu hal yang tidak bisa dihindari, sedangkan untuk menjadi dewasa adalah pilihan. Dulu, saya termasuk orang yang percaya akan hal tersebut. Namun, ternyata pembicaraan saya dengan sahabat saya beberapa waktu yang lalu membuat saya tersadar kalau sebenarnya dewasa tidak lagi menjadi sebuah pilihan, tetapi adalah suatu kepastian yang pasti akan saya jalani, namun, pilihan waktunya memang saya yang akan menentukannya. Dan, hal tersebut bukan berarti saya menunda untuk menjadi dewasa, tetapi saya menunda kesadaran saya bahwa sudah seharusnya saya menjadi dewasa.
Terkadang, saya merasa kalau pikiran saya sudah jauh melampaui orang-orang seusia saya. Termasuk di dalamnya adalah harapan-harapan saya dan visi-visi saya yang menantang jauh ke depan. Namun, sekali lagi, karena saya terlalu takut untuk melangkah atau lebih tepatnya saya takut kalau nanti saya gagal, saya akhirnya mengurungkan semuanya dan mencoba untuk tetap menjadi kanak-kanak.
Dan, akhirnya, saya sampai pada sebuah pertanyaan.
Mau sampai kapan saya berhenti berharap dan tidak pernah kembali berjalan?
Hal itu akhirnya bisa terjawab pada saat pergantian usia saya, dari tahun 20 menuju ke usia yang baru, dua puluh satu!
Malam itu saya tahu kalau Gembul (pacar saya) akan datang menuju tempat saya dan memberikan saya sedikit kejutan. Tapi, apa yang sudah ia perbuat jauh melebihi semua ekspektasi saya. Tentu saja ada kue ulang tahun, balon, dan lilin. Namun, semuanya jauh terlihat biasa dibandingkan apa yang ia berikan di malam itu.
Hari itu ia meminta izin dari ibu saya untuk mengajak saya keluar selama kurang lebih 2 jam. Saya dibawa menuju sebuah tempat nonton (bukan bioskop) dan disana saya disuguhi oleh sebuah sajian yang membuat mata saya berlinang air mata.
Sebuah film yang didedikasikan untuk saya. Dengan cara yang sangat sederhana dan apa adanya. Namun, yang membuat saya terharu adalah betapa ia bisa berjuang keras untuk membuat saya percaya bahwa ada orang lain di luar sana yang percaya bahwa saya bisa mendapatkan semua impian saya dari yang paling sederhana hingga yang paling mustahil.
Saya diajak untuk melihat bahwa masih ada orang di luar sana yang mau mencoba untuk tahu tentang saya dan peduli dengan mimpi-mimpi saya. Harapan mereka, doa mereka, yang disadur dari teks yang sudah pacar saya buat, tetap terdengar tulus di telinga saya. Mereka, yang tidak kenal saya saja berani untuk mengajak saya keluar dari zona nyaman saya dan mulai berlari mengejar harapan saya. Tentu saja sudah seharusnya saya juga menuruti kata hati saya untuk mulai kembali berlari.
Saya tersadar bahwa sudah seharusnya saya kembali bangun dan kembali merangkaikan mimpi-mimpi yang sudah lama saya tidurkan. Mencoba untuk mengambil kembali mimpi-mimpi yang saya titipkan pada sahabat-sahabat saya. Merancang sebuah hidup dengan menggunakan kalkulator dalam menghitung target pencapaian mimpi saya. Sudah seharusnya saya bangkit. Dan, saya tidak perlu takut untuk menjadi dewasa, karena memang saya sudah harus menjadi dewasa dalam beberapa hal.
Malam itu, ada sebuah tirai hitam yang akhirnya bisa saya singkirkan dari mata saya.
Malam itu, saya mulai mencoba untuk kembali berani terjatuh dan menggunakan perban-perban apabila saya terluka. Karena saya tahu, teman-teman saya juga akan tetap berada di sekitar saya.
Bagaimana saya bisa yakin?
Karena dibalik ketidakpedulian mereka yang mereka tunjukkan, saya tahu ada sebuah kasih sayang yang besar dan perhatian yang tidak terkira yang mereka berikan sama saya.
Hari ulang tahun ini, saya mendapat banyak pelukan dan ciuman dari orang-orang yang saya sayangi, hadiah yang sangat indah, ‘penyiksaan’ ulang tahun yang menjadi sebuah tradisi, perhatian yang tiada tara, dan sebuah cambukan untuk kembali berani bermimpi.
Berani bermimpi, berani mengejarnya, dan tidak kembali takut untuk menyadari realita.
Tahun 2011 ini, saya memasuki usia 21 tahun. Saya baru berusia 21 tahun. Dan, saya siap untuk kembali menghadapi dunia. Memenuhinya dengan penuh mimpi yang pasti akan saya gapai. Dan sisanya? Membuat orang-orang yang saya sayangi bahagia!
Comments
Post a Comment