Skip to main content

ketidakwarasan itu pilihan !

Sebuah film menyadarkan aku semalam. Film yang sebenarnya udah berkali-kali aku tonton tapi baru tadi malam aku baru benar-benar mengenal esensinya.

the Holiday.
Itu judul filmnya. Film drama buat liburan natal yang sebenarnya udah keluar cukup lama, tapi baru sekarang aku benar-benar menikmatinya.

Satu hal yang bisa tiba-tiba aku tangkap.
Saat orang menjadi sangat tidak waras karena suatu hal, jangan salahkan orang lain karena hal itu. Salahkan diri mereka sendiri. Karena mereka tahu sebenarnya apa yang mereka hadapi, apa yang mereka lakukan, apa yang mereka pilih, dan mereka juga sangat sadar kalau mereka sebenarnya memilih untuk menjadi orang yang menderita dan menjadi tidak waras.

Aku. Sebagai contoh.
Sering aku menyembunyikan ketidakwarasanku dalam sebuah topeng yang handal sehingga tidak akan ada orang yang menyadari hal tersebut.

Sering aku merasa sangat depress dengan suatu hal yang tidak sesuai dengan keinginanku. Tapi, aku tidak pernah menghindarinya, aku malah membuat diriku menjadi semakin sakit dibuatnya. Mungkin hanya hal kecil, mungkin hanya hal yang sangat sepele, tapi kemudian aku membiarkan diriku untuk membesar-besarkan hal itu. Membesar-besarkan rasa sakitnya dan kemudian merasakan nikmatnya setiap sensasi kepedihan yang aku rasakan.

Aku menikmati setiap derai tangis yang aku keluarkan. Aku bahkan menikmati sensasi keperihan saat darah menetes dari tanganku ketika aku menghantamkan pukulan ke arah dinding. Aku menikmatinya. Aku bahkan menikmatinya saat aku mulai tersadar, kelelahan, dan kemudian bangkit dan tertidur dengan pikiran yang gamang dan kosong.

Aku menikmati semua sensasi dari esensi kepedihan dan penyembuhan itu. Aku menikmati lepasnya agresivitasku yang meluap. Aku menjadi gila, sesaat. Dan aku menikmatinya.

Jadi, saat seseorang merelakan dirinya untuk menderita dan tercabik-cabik karena suatu hal, jangan merasa kasihan. Itu pilihannya. Percayalah. Itu pilihannya.

Karena manusia punya pilihan untuk melanjutkan hidup atau tak bergerak di dalam ketidakwarasannya.

Seperti aku, yang sering tertambat dalam detik-detik ketidakwarasanku.

Comments

  1. setiap orang memang tidak waras... jadi kamu ga sendirian kq hhehhe

    bedanya..ada orang yang jujur menunjukannya..n ada yang trus berpura-pura ikut standar kewarasan yang berlaku...

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

a new beginning of friday night

finally . gw memulai resolusi tahun baru gw dengan lebih awal . yeph . gw berencana untuk kembali menulis lagi taun depan. 'moga-moga beneran bisa berjalan lancar' (cross finger!) yah . akhirnya di jumat malem ini, gw tiba-tiba dapet smangat baru . so here i am . at momento cafe with my boy, and other boy friends gw mulai sign up lg buat blog baru dgn harapan gw bisa kembali menjelajahi sisi terdalam gw buat nulis. whatever it sound . hehehe . smangad banget hr ni, padahal sebenernya gw capek bgt . blom da ksempatan bwat plg . blom ada waktu bwat tidur siang . 'haha. realii a keboo!' tapi senenk bgt drtd ngomongin masa-masa depan gw yg bakal gw laluin dengan hectic . weird?! yeph. karena gw lbh suka sibuk dibanding gw harus terpuruk dalam kesendirian dan ke-non-gawean . it drives me nuts ! so . one of the dream for next year . one project . masdha carnival 'bangkit dan bersuara' haha ! smoga sukses kawan-kawan . ayo kita bangkit dan bersuara bersama . it's ...

A new perspective

Someone once told me that there is nothing wrong with changes. He said that it would give me new perspective. He said, with me being away, it would makes me appreciate the thing that I had before. And yes, sure, Lately, I have been feeling it to be true. To be away with the things that I used to hold on - makes me realize that I have been spoiled. And now, I need to learn how to survive. To learn how to be brave again. And, sometimes, inevitably -- learning how to be OK with the sound of nothingness. Of course, once in a while, I envy those people who are still surrounded by luxury things. Obviously, I would constantly complain about the absence of my old routine. And, also sometimes, I would try to run away -- find the best escape route, just to get rid of the pain. How I hate changes. I wish some things were just stay the same -- forever. But then, I won't ever learn how to fly higher. I won't grow. But then, I also kind of asking my self, ... do I real...

Mimpi saya untuk mereka - penolong skripsi saya!

Beberapa hari belakangan ini, saya jadi teringat komentar teman-teman atau orang-orang yang bertanya tentang tugas akhir saya. Sebuah pertanyaan yang sebenarnya sangat klise dan bisa saya jawab apa adanya. Karena penelitian saya berhubungan dengan orang Tunarungu, dan ternyata pas nya lagi, di try out saya yang (Alhamdulilah) ke-tiga kalinya, saya diminta untuk ganti metode sama dosen pembimbing saya. Pada awalnya, cara saya mengambil data adalah dengan metode survei dengan mengisi skala/kuestioner, lalu, karena data saya tak kunjung valid, dosen pembimbing saya yang pantang menyerah dengan penelitian saya, mengusulkan saya untuk mengambil metode wawancara untuk mengambil data. http://maxcdn.fooyoh.com Pertanyaannya adalah: "Bagaimana cara mewawancara mereka?" Pertanyaan itu sering sekali ditanyakan oleh orang-orang yang tahu mengenai seluk-beluk skripsi saya. Ada yang keheranan, ada yang merasa itu cukup mustahil, ada yang merasa saya ini becanda, atau bahkan a...