Skip to main content

aren't we in this together ?

We're all in this together
Once we know
That we are
We're all stars
And we see that
We're all in this together
And it shows
When we stand
Hand in hand
Make our dreams come true


Saat beberapa orang ingin menyatukan visi dan misinya dalam suatu hal, jelas semua harus bisa berjalan bersama. Apalagi kalau tujuan yang ingin dicapai itu sama dan memiliki kebutuhan yang sama pula.

We're all in this together!

Semua harus bersama-sama. Tahu kenapa?
Karena mereka menginginkan hal yang sama dan jelas kalau mereka nggak akan bisa maju kalau mereka nggak bersama-sama bekerja disana. Mereka nggak mungkin bisa menuju pada tujuan utama kalau mereka sama sekali nggak mau peduli dan sendiri-sendiri.

Apa pun.
To make our dreams come true.
Nggak usah muluk-muluk. Dari ngerjain tugas kuliah dulu aja. Kalo emang itu tugas individu, ya memang nggak bisa ikut campur lagi. Tapi kalau itu tugas kelompok, apakah kita sudah punya kesadaran penuh kalau kita harus bekerja bersama untuk nyelesaiin itu dan nggak mungkin berdiam diri dan sok apatis dengan perkembangan yang terjadi.

Honestly, akhir-akhir ini aku merasa sangat tidak sepaham dengan beberapa orang. Aku merasa bahwa aku dan mereka berada dalam sebuah konteks yang sama, tapi kenapa nggak bisa bekerja bersamaan? Kenapa masih saja ada orang yang lari dari loyalitasnya untuk menjadi sedikit 'total' ?

Bukan aku bilang aku ini terlalu sempurna, bukan. Tapi setidaknya aku ingin mereka sedikit merasa bahwa mereka juga bagian dari kesuksesan itu. Dan jelas, aku nggak bisa bekerja sendiri, aku nggak mungkin mampu juga kan ?

Ini semua aku rasain akhir-akhir ini secara bersamaan, ya di kelas, di tempat kegiatanku yang lain, di ruang percintaanku. Aku merasa sendiri, nggak dibantu untuk menjalankan itu. Atau mungkin, visi dan misi yang mereka punya berbeda dengan punyaku? Atau mungkin hanya suasana hatiku aja yang lagi nggak menentu sehingga aku menjadi sedikit terlalu kritikus?

Aku nggak tahu. Yang aku tahu, aku cuma merasa seharusnya kita merasa "we're all in this together" tapi kita nggak pernah merasa menjadi 'satu'.

Satu yang terasa sangat.
Kecewa.

Kalau memang kita berada disini bersama, bukankah seharusnya aku bisa lebih terbuka dan tidak menuliskan ini di 'ruang' ini?

Comments

  1. bukan..hanya kamu membuat dirimu terlalu diandalakan..
    jadi orang-orang selalu merasa aman kalau di dekatmu...

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

akhirnya, aku yang pergi ...

Pagi itu, tepat pukul 8 pagi. Waktu yang ia janjikan untuk pergi menunaikan kewajiban kami setiap minggu. Aku sudah sampai di depan rumahnya. Ada 3 mobil terparkir di halaman rumahnya, pasti itu milik teman-temannya, yang aku asumsikan telah menginap di rumahnya semalaman ini. Tidak heran kalau telepon selularnya tidak ia angkat. Aku beranjak menuju pintu depan dan dengan mudah aku bisa masuk ke dalamnya. Ternyata tidak terkunci. Aku masuk kedalam dan melihat sebuah pemandangan yang sudah kuperkirakan sebelumnya. Sebuah transformasi dari sebuah rumah mewah bergaya minimalis, hasil keringatnya sendiri, menjadi sebuah kapal pecah yang penuh dengan laki-laki yang tertidur topless dan berbau alkohol. Aku tidak bisa menemukan dirinya di ruang tamu itu, kuasumsikan ia ada di kamarnya. Selama beberapa saat, pikiranku cukup melayang menuju beberapa tahun terakhir ini .. Rian Suhandi. Kakak kelasku yang aku kenal ketika aku baru saja memasuki sebuah perguruan tinggi swasta di kota bunga itu. A...

Question of Life (?)

Sehabis berbincang-bincang dengan seorang teman, saya kemudian berpikir akan pertanyaan-pertanyaan yang sering kali menjadi acuan akan jalan hidup seseorang. Pernah ada orang yang berkata pada saya kalau hidup seseorang itu dirancang hanya untuk mengikuti jalur yang sudah ada, yang kemudian menjadi tuntunan orang-orang untuk berani lancang bertanya pada orang lain akan hal-hal yang harusnya terjadi pada orang tersebut. "Mau kuliah dimana?" Pertanyaan pertama yang mulai saya dapatkan ketika saya berhasil lulus SMA. Pertanyaan yang seakan-akan memberi sejuta ton pemberat untuk hidup saya karena seolah-olah saya harus masuk ke perguruan tinggi terbaik di dunia. "Kapan lulus?" Pertanyaan retorik basa-basi yang akan selalu ditanyakan semua orang melihat angka semester saya yang sudah semakin membengkak. Yang pada akhirnya menuntun saya pada masa-masa jatuh-bangun. Membuat saya hanya terpacu untuk cepat keluar dari tempat itu, membuktikan bahwa saya berhasil ...

My RainMan

Untuk aku dan dia, hujan adalah segalanya. Hujan adalah sebuah mediator yang membuat aku dan dia bertemu. Ketika hujan turun, aku akan selalu berlari menuju ke luar rumahku dan mencoba untuk merasakan setiap tetesannya berjatuhan di telapak tanganku. Berbeda dengan dia yang dengan santai berjalan dengan elok di bawah guyurannya. Untukku, itu terlalu memakan resiko, resiko kalau esok hari aku harus tetap berada di bawah selimut karena virus influenza yang gemar sekali mendatangi tubuh mungilku. Dan hujan .. membuat semuanya menjadi mustahil bagiku. Sebuah keajaiban kecil yang Tuhan beri untuk umatnya dan secara random meluncur ke hadapanku. Aku memanggilnya rainman, karena setiap kali aku bertemu dengannya hujan pasti akan turun. Terlepas dari prakiraan cuaca yang men- judge kampung halamanku ini sebagai kota hujan, hujan pasti akan selalu turun ketika ia ada. Pasti. "Kamu nggak bawa payung lagi?" tanyaku klise ketika ia berdiri di depan rumahku. "Ngg...