Skip to main content

Ketika ke-bahagia-an dipertanyakan ...

Seorang sahabat bertanya padaku,
"Kamu mau apa setelah ini?"

"Aku mau bahagia. As simple as that!" aku menjawab dengan lantang, tatkala aku sendiri takut menengadah ke arah matanya dan meneriakkan itu dengan lantang.



"Jawabanmu itu abstrak." Dengan lugas ia menjawab sambil meneguk sisa kopi di cangkirnya yang sudah dingin.

Lain hari, seseorang menegurku melalui wajah-wajah tersenyum yang terpampang di halaman tulisannya. Dengan mudah, ia menuliskan, "Bahagia itu sederhana."

Aku memicingkan mata. Mencoba untuk mencerna tiga kata itu dengan sulit. Mencoba menelan mentah-mentah arti dari kata 'sederhana' yang ia paparkan dengan lugas disana.

Bagaimana mungkin kebahagiaan itu sederhana? Bagaimana mungkin seseorang puas hanya dalam hal yang sederhana?

Berjuta-juta pertanyaan melayang-layang dalam pikiranku hingga akhirnya aku sendiri mempertanyakan pertanyaan yang sama kepada diriku berratus-ratus kali,
"Apakah aku bahagia?"

.... lalu, "..dengan apa?"


Comments

Popular posts from this blog

akhirnya, aku yang pergi ...

Pagi itu, tepat pukul 8 pagi. Waktu yang ia janjikan untuk pergi menunaikan kewajiban kami setiap minggu. Aku sudah sampai di depan rumahnya. Ada 3 mobil terparkir di halaman rumahnya, pasti itu milik teman-temannya, yang aku asumsikan telah menginap di rumahnya semalaman ini. Tidak heran kalau telepon selularnya tidak ia angkat. Aku beranjak menuju pintu depan dan dengan mudah aku bisa masuk ke dalamnya. Ternyata tidak terkunci. Aku masuk kedalam dan melihat sebuah pemandangan yang sudah kuperkirakan sebelumnya. Sebuah transformasi dari sebuah rumah mewah bergaya minimalis, hasil keringatnya sendiri, menjadi sebuah kapal pecah yang penuh dengan laki-laki yang tertidur topless dan berbau alkohol. Aku tidak bisa menemukan dirinya di ruang tamu itu, kuasumsikan ia ada di kamarnya. Selama beberapa saat, pikiranku cukup melayang menuju beberapa tahun terakhir ini .. Rian Suhandi. Kakak kelasku yang aku kenal ketika aku baru saja memasuki sebuah perguruan tinggi swasta di kota bunga itu. A...

Question of Life (?)

Sehabis berbincang-bincang dengan seorang teman, saya kemudian berpikir akan pertanyaan-pertanyaan yang sering kali menjadi acuan akan jalan hidup seseorang. Pernah ada orang yang berkata pada saya kalau hidup seseorang itu dirancang hanya untuk mengikuti jalur yang sudah ada, yang kemudian menjadi tuntunan orang-orang untuk berani lancang bertanya pada orang lain akan hal-hal yang harusnya terjadi pada orang tersebut. "Mau kuliah dimana?" Pertanyaan pertama yang mulai saya dapatkan ketika saya berhasil lulus SMA. Pertanyaan yang seakan-akan memberi sejuta ton pemberat untuk hidup saya karena seolah-olah saya harus masuk ke perguruan tinggi terbaik di dunia. "Kapan lulus?" Pertanyaan retorik basa-basi yang akan selalu ditanyakan semua orang melihat angka semester saya yang sudah semakin membengkak. Yang pada akhirnya menuntun saya pada masa-masa jatuh-bangun. Membuat saya hanya terpacu untuk cepat keluar dari tempat itu, membuktikan bahwa saya berhasil ...

surrender, Gita ....

"Should I give up or should I just keep chasing pavements Even if it leads nowhere? Or would it be a waste even if I knew my place Should I leave it there? Should I give up or should I just keep chasing pavements Even if it leads nowhere?"  (Adele - Chasing Pavements) Oc tober 1st 2012 2.48 a.m Kesekian kalinya, saya membuka blog ini. Menatap layarnya. Berharap punya sedikit muse  untuk dapat dituangkan dalam sebait-dua bait cerita yang bisa membuat orang berkata, 'wow'. Dan, sekali lagi, ternyata tidak bisa untuk mendapatkan perasaan yang sama dengan tahun lalu. Seakan-akan sudah tidak ada lagi 'dorongan' yang memotivasi untuk bisa menulis bagus. Tidak ada lagi kompetisi. Seakan-akan tidak ada lagi orang yang akan sengaja mampir untuk membaca sederetan 'gombalan' saya dan mengomentari atau hanya sekedar mengejek isinya. Tidak ada lagi yang membuat semuanya terlihat menarik. The firework has done its job and leave the dark n...