Aku rindu untuk pulang. Mungkin ketika aku tahu harus kemana untuk berlabuh. Tapi, sekarang kompasku sudah tidak berfungsi. Mau membaca peta? Aku sudah menyerah semenjak awal untuk melakukannya. Jadi, aku hanya duduk terdiam. Di sebuah persimpangan di suatu gedung tua di kota yang tidak kukenal.
Aku rindu untuk pulang. Walaupun mungkin aku tidak tahu siapa atau apa yang menungguku disana. Entah masih adakah tempat untuk pulang itu? Masihkah aku ditunggu?
Aku rindu untuk pulang. Ke tempat dimana aku seharusnya berada. Bukan dipersimpangan ini. Bukan di tengah kebingungan ini.
Aku rindu untuk pulang. Aku tidak mau ada disini. Di tempat dimana aku menjadi diriku. Ketika akhirnya topeng adalah senjata andalanku. Tempat dimana kepura-puraan akan tetap membuat aku bernapas dibandingkan untuk mencoba mencari keaslian di tumpukkan tatapan sengit orang-orang itu.
Aku rindu untuk pulang. Ke tempat dimana aku tidak akan diadili atas pilihanku. Ketika aku masih bisa mendangakkan wajahku dengan tegap dan tersenyum dengan hati.
Aku rindu untuk pulang. Aku ingin sekarang. Ketika aku masih bisa membayangkan indahnya kehangatan itu. Tapi, masihkah akan ada tangan yang merengkuhku di seberang sana?
Comments
Post a Comment