Skip to main content

kegalauan di tengah malam, menjelang akhir desember ...

Malam ini, saya sedang mencoba untuk menjamah waktu-waktu saya yang sudah berlalu selama hampir satu tahun ini. Di akhir tahun kemarin, saya sempat mencoba untuk membuat beberapa target yang ingin saya capai di tahun ini. Saya memulainya dengan cukup pesimis dan ketakutan yang sangat besar. No wonder, kalau mungkin di tahun ini saya cukup menjadi orang yang mudah menyerah pada mimpi-mimpi saya.

Well .. moment of truth then ..
Selama hampir satu tahun ini, saya nggak tahu apa yang saya mau. Saya terlanjur membangun sebuah mimpi yang besar bertahun-tahun yang lalu. Yang selalu membuat saya mencoba untuk menatap ke depan dengan penuh optimisme. Entah dengan cita-cita untuk lulus dengan target waktu 3.5 tahun, yang menurut saya waktu itu pasti cukup memungkinkan, secara saya juga nggak bodoh bodoh banget. Tapi, kenyataanya, saya sudah hampir memasuki tahun ke 4 saya di bangku kuliah, dan saya belum mendekati tanda-tanda kelulusan. Semua itu membuat saya cukup 'freak out'. Saya merasa seperti pecundang. Ke diri saya sendiri. Saya jadi takut untuk melangkah, takut untuk gagal. Hal yang biasa saya lakukan kalau sudah mati langkah, atau menurut pandangan saya mungkin sudah mati padahal kenyataannya nggak begitu.

Nggak hanya di masalah perkuliahan saja. Sedari kecil, saya sudah punya target di usia segini mau begini dan begitu. Dan tiba-tiba saya dihentakkan dengan sebuah lilin kecil bertuliskan kalau usia saya sudah bukan belas-belasan lagi. Mungkin, untuk sebagian orang, usia itu juga belum tua. Tapi, untuk saya usia melebihi angka belasan harusnya sudah mendekati lebih dari setengah target hidup saya. Termasuk untuk mencoba memilih pasangan yang tepat untuk saya kelak. Tapi, lucunya, di usia ini, saya malah semakin mencoba untuk berlari dari tanggung jawab saya sebagai seorang pacar dan ingin berlari menuju masa-masa sekolah dulu. Saya masih belum sanggup untuk berkomitmen. Which means, kembali lagi lari dari target saya terdahulu.

Saya juga sempat berjanji sama diri saya sendiri kalau saya akan menjadi orang yang penuh mimpi. Tapi, saya sendiri yang berlari ketakutan ketika mimpi itu menjadi kenyataan. Untuk saya, semua ini beban berat dan saya tidak berani mengambil resiko untuk memulainya.

So, here i am .. mengais-ais hari-hari terakhir di tahun 2011. Which so funny adalah akhir tahun lalu, saya bercita-cita menyelesaikan skripsi saya di akhir tahun ini. Eh, ternyata saya mulai aja belum.

Saya frustasi, saudara-saudara. Saya terlalu takut untuk gagal, makanya saya nggak pernah memulai. Saya nggak berani bilang tidak dengan orang-orang yang punya ekspektasi ke saya, padahal ekspektasi saya sendiri saja belum saya penuhi.

Uumm .. soo ... ketika saya mencoba untuk menelaah lagi resolusi saya di tahun 2011 ini, saya sudah ketakutan duluan untuk membuka catatannya. Melihat, apa sih yang sudah saya lakukan dan apa yang belum ...

Well ... i think, i will open it next time then ..
wish me luck!

Comments

Popular posts from this blog

Mr.B

B  : You change your hair. Me : Wooow! You noticed? >o< B  : It's hard not to. Me : Nobody else said anything bout it. * blink* Aku merasa sedikit terperanjat karena tanda lingkaran hijau di samping namanya tidak lagi menyala. Ada sedikit rasa pedih membersit, ketika tiba-tiba nama itu tidak lagi muncul di layar telepon genggamku.  Aku menunggu beberapa saat kemudian, berharap nama itu kembali menyala dan membalas apa yang sudah aku katakan. Aku hanya menggigit ujung bibirku dan mematikan ponselku seraya memasukkannya ke dalam tas.  Hari ini hujan dan aku lupa membawa payung. Sial . Aku mengumpat dalam hati dan berlari menembus hujan kota Jakarta, menuju halte TransJakarta yang berjarak seratus meter dari pintu gedung kantorku.  ... Aku melempar lembaran tissue ke sepuluh yang sudah aku gunakan ke dalam keranjang sampah di belakangku. Not the time to get sick! Aku kembali bersumpah serapah dalam hati. Merasa menyesal karena...

one missed birthday

Ring . ring . Pukul 06.00. Aku terbangun dengan kepala sedikit pusing. Bingung karena tak merasa memasang alarm yang akan membangunkanku di pagi buta ini. Kuraih handphone mungil itu dan melihat tulisan di layarnya. Yagh, memang bukan alarm. Hanya reminder. ‘Sarah’s birthday.’ Dengan segera aku buka phonebookku yang sudah tak terhitung lagi ada berapa banyak nama yang terpampang disana. Ada! Nomor telepon Sarah di negeri seberang itu. Tapi, masihkah ia menggunakan nomor ini? Kuurungkan niatku dan segera menuju menuju shortcut Facebook dan mencari namanya diantara 1000 nama lainnya. Tidak ada! Aku mencoba membuka semua foto dan notes mengenai dia. Tidak ada! Kemana dia? Namun ternyata rasa penasarannya termakan oleh rasa kantuk yang masih luar biasa. Aku kembali tertidur dan melupakannya dengan segera. Siang ini sepi. Aku hanya duduk sendiri di area kampus yang selalu bisa membuatku tidak merasa sendiri walaupun pada kenyataanya tempat itu memang sepi. Terl...

"Maaf, apakah saya mengenal Anda?"

Aku ingin membunuhnya. Suara-suara yang meracau ketika aku tengah terbangun. Ikut terdiam ketika aku butuh untuk dinina-bobokan. Aku membencinya karena ia datang ketika aku tidak menginginkannya. Membuatku terjaga dengan kepala berat, Dan sungguh, itu menyebalkan. Aku ingin membunuhnya. Suara-suara gaduh di luar sana. Yang dengan sekejap mata bisa membuat aku melayang tinggi ke surga. Tapi, dengan tak kalah cepat membuat aku jatuh hingga terpeleset masuk ke dalam kubangan. Sungguh keparat! Aku ingin membunuhnya. Suara-suara kacau. Berisik! Hingga ingin aku berteriak di telinganya, "Siapa Anda berani meracau di tiap hari saya?". Aku seperti orang tuli yang ingin mendengar. Aku seperti pencipta orkestra yang membenci biola. Aku seperti orang linglung di tengah orang-orang jenius. Dan, aku benci keadaan itu. Aku ingin membunuhnya. Suara-suara yang membuatku merasa demikian. Aku ingin membunuhnya. Suara yang membuat hati ini bergejolak. Ingin muntah. Ingin lari. Ingin hilang. Hin...