Skip to main content

love version

Here I am, again.

Mencoba untuk menuliskan semua pikiran abstrak yang ada di otak saya. Menjelajahi sebuah kata 'definisi'.

Saya percaya bahwa tidak ada satupun di dunia ini yang sama, tidak ada seorang pun yang sama, dan bahkan tidak ada suatu perasaan pun yang sama. Termasuk dengan sebuah perasaan yang sering disebut orang sebagai CINTA.

Kalau orang sudah mulai mencoba untuk menjelaskan arti kata cinta, dari sana cerita cinta itu dimulai ...

Cinta menurut beberapa orang adalah sebuah kondisi yang tidak terkontrol dimana tidak pernah ada batasan untuk memberikan perhatian kebahagiaan. Bagi beberapa orang, cinta bisa saja tiba-tiba ditemukan pada kondisi yang tidak pernah terduga. Terkadang hilang secara perlahan-lahan. Atau, tiba-tiba cinta bisa saja langsung pergi begitu saja.

Disamping kisah-kisah dongeng yang memaparkan 'happy ending' dan 'happily ever after' ataupun kisah tragis 'Romeo and Juliet', bagi saya cinta adalah hal yang lain.

Cinta adalah pilihan!

Siapa bilang cinta nggak bsia memilih? Tentu saja cinta bisa memilih, namun terkadang kita yang salah memilih dan terjebak dalam kotak liku-liku yang menjerat hati hingga tercekik.

Cinta bisa memilih, karena ketika seseorang jatuh cinta, orang tersebut lah yang memutuskan dengan siapa ia ingin jatuh cinta. Kriteria apa saja yang akhirnya membuat orang tersebut bisa jatuh cinta. Dan, jika kita tidak menyukai, banyak kasus juga sudah memaparkan betapa mudahnya kemudian orang pergi meninggalkan cinta dan beralih ke yang lainnya.

Dan, kalau dulu saya sempat merasa seperti anak anjing yang kehilangan induknya dan menangis meraung-raung karena kehilangan cinta saya, saya kemudian memilih untuk menjadi orang yang memiliki cinta yang lebih realistis.

Cinta yang tidak lagi membuat saya seperti bocah kecil yang menuntut terlalu banyak dan berjuang mati-matian sendirian seperti orang bodoh yang terlalu naif.

Saya memilih cinta yang setidaknya bisa membuat saya nyaman dan aman. Bukan cinta yang menggebu-gebu dan kemudian membuat tangan saya sendiri terbakar.

Lalu, kalau kemudian orang bertanya apakah saya bahagia, saya yang akan bertanya pada Anda, bahagiakah anda dengan pilihan Anda ?

Comments

Popular posts from this blog

akhirnya, aku yang pergi ...

Pagi itu, tepat pukul 8 pagi. Waktu yang ia janjikan untuk pergi menunaikan kewajiban kami setiap minggu. Aku sudah sampai di depan rumahnya. Ada 3 mobil terparkir di halaman rumahnya, pasti itu milik teman-temannya, yang aku asumsikan telah menginap di rumahnya semalaman ini. Tidak heran kalau telepon selularnya tidak ia angkat. Aku beranjak menuju pintu depan dan dengan mudah aku bisa masuk ke dalamnya. Ternyata tidak terkunci. Aku masuk kedalam dan melihat sebuah pemandangan yang sudah kuperkirakan sebelumnya. Sebuah transformasi dari sebuah rumah mewah bergaya minimalis, hasil keringatnya sendiri, menjadi sebuah kapal pecah yang penuh dengan laki-laki yang tertidur topless dan berbau alkohol. Aku tidak bisa menemukan dirinya di ruang tamu itu, kuasumsikan ia ada di kamarnya. Selama beberapa saat, pikiranku cukup melayang menuju beberapa tahun terakhir ini .. Rian Suhandi. Kakak kelasku yang aku kenal ketika aku baru saja memasuki sebuah perguruan tinggi swasta di kota bunga itu. A...

Question of Life (?)

Sehabis berbincang-bincang dengan seorang teman, saya kemudian berpikir akan pertanyaan-pertanyaan yang sering kali menjadi acuan akan jalan hidup seseorang. Pernah ada orang yang berkata pada saya kalau hidup seseorang itu dirancang hanya untuk mengikuti jalur yang sudah ada, yang kemudian menjadi tuntunan orang-orang untuk berani lancang bertanya pada orang lain akan hal-hal yang harusnya terjadi pada orang tersebut. "Mau kuliah dimana?" Pertanyaan pertama yang mulai saya dapatkan ketika saya berhasil lulus SMA. Pertanyaan yang seakan-akan memberi sejuta ton pemberat untuk hidup saya karena seolah-olah saya harus masuk ke perguruan tinggi terbaik di dunia. "Kapan lulus?" Pertanyaan retorik basa-basi yang akan selalu ditanyakan semua orang melihat angka semester saya yang sudah semakin membengkak. Yang pada akhirnya menuntun saya pada masa-masa jatuh-bangun. Membuat saya hanya terpacu untuk cepat keluar dari tempat itu, membuktikan bahwa saya berhasil ...

My RainMan

Untuk aku dan dia, hujan adalah segalanya. Hujan adalah sebuah mediator yang membuat aku dan dia bertemu. Ketika hujan turun, aku akan selalu berlari menuju ke luar rumahku dan mencoba untuk merasakan setiap tetesannya berjatuhan di telapak tanganku. Berbeda dengan dia yang dengan santai berjalan dengan elok di bawah guyurannya. Untukku, itu terlalu memakan resiko, resiko kalau esok hari aku harus tetap berada di bawah selimut karena virus influenza yang gemar sekali mendatangi tubuh mungilku. Dan hujan .. membuat semuanya menjadi mustahil bagiku. Sebuah keajaiban kecil yang Tuhan beri untuk umatnya dan secara random meluncur ke hadapanku. Aku memanggilnya rainman, karena setiap kali aku bertemu dengannya hujan pasti akan turun. Terlepas dari prakiraan cuaca yang men- judge kampung halamanku ini sebagai kota hujan, hujan pasti akan selalu turun ketika ia ada. Pasti. "Kamu nggak bawa payung lagi?" tanyaku klise ketika ia berdiri di depan rumahku. "Ngg...