Skip to main content

Life is Expensive!!



Hello January ! Hello 2012 !

Long time nggak berbincang-bincang di tempat ini .. Well, setelah saya susah sekali mendapatkan mood buster buat menulis, tiba-tiba ada satu hal yang ingin saya share untuk pertama kalinya di tahun 2012 ini..

Well .. setelah saya mengalami pergantian tahun yang cukup melelahkan dan menjengkelkan -- karena berarti sebentar lagi saya mau ulang tahun, and I'll be older -- saya mendapat sebuah hadiah spesial dari bapak saya. Voucher belanja di Carrefour sebanyak Rp 200.000,00.




Buat saya, voucher itu banyak banget! Yah, namanya aja anak kost'an. Mau dikasih berapa pun pasti juga kerasa banyak. Yang penting kan gratis!

Nah .. akhirnya hari ini saya pun mencoba untuk membelanjakan voucher tersebut bersama pacar saya tercinta. Pada awalnya, rencana saya itu mem
belanjakan setengah dari voucher yang saya punya, yaitu Rp 100.000,00 dengan back-up plan untuk nambah sendiri sisa dari bill tagihannya.

Saya : "Yank, nanti kalo vouchernya kurang, patungan lowh sisanya."
Pacar : "Jadi gimana itu?"
Saya : " Ya kalo nanti habisnya 135 ribu, patungan 35 ribunya."
Pacar : "Oh, oke!"

Dan .. masuklah saya ke pusat perbelanjaan besar tersebu
t dengan PD tanpa mengutak-ngatik kalkulator di hape. Pikiran awalnya sih mau belanja sedikit aja, toh nggak ada yang harus banyak dibeli dan asumsi saya, habisnya nggak akan terlalu banyak.

Well .. how is it going?!

Akhirnya ... setelah mengambil beberapa barang yang saya pikir saya dan pacar saya perlukan ditambah minuman untuk pelega tenggorokan saat itu, saya merasa kebutuhan saya sudah cukup terpenuhi. Majulah saya dengan gagah perkasa ke depan kasir sambil membawa selembar kupon voucher seharga seratus ribu rupiah.

Barang-barang mulai di scan dan dihitung melalui komputer canggih itu dan kemudian muncullah angka yang tidak canggih.

"Total belanjanya, Rp 193.300,00 mbak."

Saya langsung shok dan dengan muka bego bilang, "Serius?"

Si abang kasir yang kelihatan sibuk dan capek langsung memandang dengan tatapan, "Emang gue lagi keliatan becanda?!"

Dan .. dengan polosnya pacar saya bilang, "Nih, tambah cokelatnya biar pas 200 ribu."

Akhirnya dengan berat hati saya keluarkan kupon voucher kedua dari dalam dompet dan menambah 600 rupiah untuk membayar semua belanjaan saya malam ini. Sumpah, saya nggak beli banyak-banyak. Cuma keperluan untuk bersih-bersih kamar kos sama makanan kecil pengganjal lapar di kamar. Dan, itu bisa terangkum dalam 3 plastik kecil bertuliskan 200 ribu rupiah.

Yah .. kalo kata pacar saya sih saya itu terlalu polos, seperti masih hidup waktu jaman SD dimana uang 2000 rupiah masih bisa buat hidup 1 hari di sekolah.

Saya langsung jadi kepikiran, selama ini saya kalo spend uang suka nggak peduli-peduli amat, secara belom bener-bener cari uang sendiri. Dan, betapa mudahnya menghabiskan uang sebegitu banyaknya (untuk ukuran orang kek saya yang belom bisa cari uang).

Wow . . .
tiba-tiba jadi kebayang, "Kalo punya kamar kost kecil aja kebutuhannya banyak, apalagi kalo punya rumah sendiri yaa??"

Hahahaha ..
Life is expensive yaa .. Selama ini saya nggak sadar .. Thanks to my parents yang ternyata hebat bisa memenuhi keinginan saya selama ini. Sekarang saya jadi makin appreciate sama uang dan BERUSAHA untuk nggak boros.


Uuummm .... tapi a little pleasure boleh lhaa yaa .. hahahahaha ...

Comments

Popular posts from this blog

Mr.B

B  : You change your hair. Me : Wooow! You noticed? >o< B  : It's hard not to. Me : Nobody else said anything bout it. * blink* Aku merasa sedikit terperanjat karena tanda lingkaran hijau di samping namanya tidak lagi menyala. Ada sedikit rasa pedih membersit, ketika tiba-tiba nama itu tidak lagi muncul di layar telepon genggamku.  Aku menunggu beberapa saat kemudian, berharap nama itu kembali menyala dan membalas apa yang sudah aku katakan. Aku hanya menggigit ujung bibirku dan mematikan ponselku seraya memasukkannya ke dalam tas.  Hari ini hujan dan aku lupa membawa payung. Sial . Aku mengumpat dalam hati dan berlari menembus hujan kota Jakarta, menuju halte TransJakarta yang berjarak seratus meter dari pintu gedung kantorku.  ... Aku melempar lembaran tissue ke sepuluh yang sudah aku gunakan ke dalam keranjang sampah di belakangku. Not the time to get sick! Aku kembali bersumpah serapah dalam hati. Merasa menyesal karena...

one missed birthday

Ring . ring . Pukul 06.00. Aku terbangun dengan kepala sedikit pusing. Bingung karena tak merasa memasang alarm yang akan membangunkanku di pagi buta ini. Kuraih handphone mungil itu dan melihat tulisan di layarnya. Yagh, memang bukan alarm. Hanya reminder. ‘Sarah’s birthday.’ Dengan segera aku buka phonebookku yang sudah tak terhitung lagi ada berapa banyak nama yang terpampang disana. Ada! Nomor telepon Sarah di negeri seberang itu. Tapi, masihkah ia menggunakan nomor ini? Kuurungkan niatku dan segera menuju menuju shortcut Facebook dan mencari namanya diantara 1000 nama lainnya. Tidak ada! Aku mencoba membuka semua foto dan notes mengenai dia. Tidak ada! Kemana dia? Namun ternyata rasa penasarannya termakan oleh rasa kantuk yang masih luar biasa. Aku kembali tertidur dan melupakannya dengan segera. Siang ini sepi. Aku hanya duduk sendiri di area kampus yang selalu bisa membuatku tidak merasa sendiri walaupun pada kenyataanya tempat itu memang sepi. Terl...

"Maaf, apakah saya mengenal Anda?"

Aku ingin membunuhnya. Suara-suara yang meracau ketika aku tengah terbangun. Ikut terdiam ketika aku butuh untuk dinina-bobokan. Aku membencinya karena ia datang ketika aku tidak menginginkannya. Membuatku terjaga dengan kepala berat, Dan sungguh, itu menyebalkan. Aku ingin membunuhnya. Suara-suara gaduh di luar sana. Yang dengan sekejap mata bisa membuat aku melayang tinggi ke surga. Tapi, dengan tak kalah cepat membuat aku jatuh hingga terpeleset masuk ke dalam kubangan. Sungguh keparat! Aku ingin membunuhnya. Suara-suara kacau. Berisik! Hingga ingin aku berteriak di telinganya, "Siapa Anda berani meracau di tiap hari saya?". Aku seperti orang tuli yang ingin mendengar. Aku seperti pencipta orkestra yang membenci biola. Aku seperti orang linglung di tengah orang-orang jenius. Dan, aku benci keadaan itu. Aku ingin membunuhnya. Suara-suara yang membuatku merasa demikian. Aku ingin membunuhnya. Suara yang membuat hati ini bergejolak. Ingin muntah. Ingin lari. Ingin hilang. Hin...