Skip to main content

whatkebosaidaboutmbingonthisordinaryday

Hari ini nggak ada yang spesial. Aku cuma lagi pengen cerita aja. Dan lagi-lagi aku ingin cerita tentang orang yang sering sekali ingin aku ceritain di blog ini, tapi takut orangnya baca. Hahahaha.

Ya sudah deh kalau dia emang baca ya semoga dia diem-diem aja deh. Hahahaha.

Dia itu udah aku kenal kurang lebih selama satu setengah tahun ini. Bisa dibilang dia itu 'baru' di kehidupanku yang udah berlangsung selama 20 tahun ini (dan aku merasa tua karenanya). Tapi, nggak sedikit kok pahit manis udah dia torehin di hidupku.

Dia nggak cakep-cakep amat, nggak pinter-pinter amat, nggak keren-keren amat, nggak perfect-perfect banget, tapi dia kelihatan jauh lebih berbeda dengan yang lain. Dia lebih membuat aku merasa berbeda dan bisa membuat aku belajar jauh lebih banyak.

Memang ada hal-hal yang aku nggak suka dari dia. Memang ada hal-hal yang mungkin aku benci karena dia. Mungkin juga ada hal-hal yang sebenarnya aku nggak bisa terima tentang dia. Tapi, semua itu aku coba untuk hargai dan aku coba untuk terima kalau semua itu adalah bagian dari dia. Dan baru dia yang bisa membuatku belajar untuk menerima perbedaan itu disamping untuk mengubahnya menjadi seperti apa yang aku mau.

Dia itu membuat aku belajar bahwa aku harus bisa sendiri, bahwa aku ini mampu dan bisa berjalan sendiri. Dan apa yang membuat aku hanya tertahan disini ya hanya karena diriku sendiri dan bukan karena orang lain yang tidak ada.

Dia membuat aku merasa lebih spesial dan tidak kekanak-kanakan.
Dia membuatku merasa leih dewasa dalam menata hati dan perasaan, walau terkadang aku masih belum nyaman menjadi orang yang tidak bisa ceplas-ceplos. Dia membuatku merasa lebih spesial dengan caraku sendiri. Membuatku lebih jujur dan terbuka dan sadar kalau aku ini salah atau benar.

Dia tidak membuat aku tergila-gila. Tapi aku memang bisa menjadi gila saat dia nggak ada.

Dia nggak pernah memanjakan aku sama halnya dengan apa yang orang lain bisa kasih, tapi dia membuat aku merasa bak seorang putri yang bisa membuat semua orang iri.

Dia nggak spesial kok. Hanya seseorang biasa saja yang aku hormati, aku hargai, dan aku beri rasa lebih dibandingkan teman-temanku. Dia hanya seseorang yang aku pedulikan jauh lebih banyak daripada orang lain dan aku khawatirkan dengan berlebihan disaat dia susah jauh lebih banyak daripada orang lain.

Dia nggak hebat kok. Dia hanya unik dan itu yang membuatku sangat tertarik dan sulit untuk menemukan penyaingnya.

Dia itu cuek, tapi membuatku berani untuk lebih dulu speak up.
Dia itu peduli di tengah ketidak perhatian yang dia kasih.
Dia itu unpredictable di saat-saat yang ingin aku tebak.
Dia itu romantis, dengan caranya sendiri.

Yang pasti satu, dia adalah orang yang sampai saat ini mampu membuatku belajar tanpa perlu merasa terkekang dan mengekang. Dia adalah orang yang mencintaiku tanpa aku merasa terpenjara dan tanpa aku merasa tertuntut apa-apa. Dia itu adalah orang yang aku cintai tanpa aku merasa jauh lebih terjatuh dengan tergesa-gesa.

Api itu memang menyala perlahan, terkadang panasnya sampai membakar hati, namun kadang cukup menghangatkan. Aku tahu, mungkin suatu saat api itu akan padam dan menjadi arang. Tapi, arangnya pasti nanti juga akan tetap indah.
^_^

.rabu,21april2010.
.whatkebosaidaboutmbing.

Comments

  1. aku baca lho Git..
    wkkwkwkwkkw

    ReplyDelete
  2. waaa . aku jadi maluu ..
    kamu jd tahu deh gmn prasaanQuw .
    hahahaha .

    :p

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Mr.B

B  : You change your hair. Me : Wooow! You noticed? >o< B  : It's hard not to. Me : Nobody else said anything bout it. * blink* Aku merasa sedikit terperanjat karena tanda lingkaran hijau di samping namanya tidak lagi menyala. Ada sedikit rasa pedih membersit, ketika tiba-tiba nama itu tidak lagi muncul di layar telepon genggamku.  Aku menunggu beberapa saat kemudian, berharap nama itu kembali menyala dan membalas apa yang sudah aku katakan. Aku hanya menggigit ujung bibirku dan mematikan ponselku seraya memasukkannya ke dalam tas.  Hari ini hujan dan aku lupa membawa payung. Sial . Aku mengumpat dalam hati dan berlari menembus hujan kota Jakarta, menuju halte TransJakarta yang berjarak seratus meter dari pintu gedung kantorku.  ... Aku melempar lembaran tissue ke sepuluh yang sudah aku gunakan ke dalam keranjang sampah di belakangku. Not the time to get sick! Aku kembali bersumpah serapah dalam hati. Merasa menyesal karena...

one missed birthday

Ring . ring . Pukul 06.00. Aku terbangun dengan kepala sedikit pusing. Bingung karena tak merasa memasang alarm yang akan membangunkanku di pagi buta ini. Kuraih handphone mungil itu dan melihat tulisan di layarnya. Yagh, memang bukan alarm. Hanya reminder. ‘Sarah’s birthday.’ Dengan segera aku buka phonebookku yang sudah tak terhitung lagi ada berapa banyak nama yang terpampang disana. Ada! Nomor telepon Sarah di negeri seberang itu. Tapi, masihkah ia menggunakan nomor ini? Kuurungkan niatku dan segera menuju menuju shortcut Facebook dan mencari namanya diantara 1000 nama lainnya. Tidak ada! Aku mencoba membuka semua foto dan notes mengenai dia. Tidak ada! Kemana dia? Namun ternyata rasa penasarannya termakan oleh rasa kantuk yang masih luar biasa. Aku kembali tertidur dan melupakannya dengan segera. Siang ini sepi. Aku hanya duduk sendiri di area kampus yang selalu bisa membuatku tidak merasa sendiri walaupun pada kenyataanya tempat itu memang sepi. Terl...

"Maaf, apakah saya mengenal Anda?"

Aku ingin membunuhnya. Suara-suara yang meracau ketika aku tengah terbangun. Ikut terdiam ketika aku butuh untuk dinina-bobokan. Aku membencinya karena ia datang ketika aku tidak menginginkannya. Membuatku terjaga dengan kepala berat, Dan sungguh, itu menyebalkan. Aku ingin membunuhnya. Suara-suara gaduh di luar sana. Yang dengan sekejap mata bisa membuat aku melayang tinggi ke surga. Tapi, dengan tak kalah cepat membuat aku jatuh hingga terpeleset masuk ke dalam kubangan. Sungguh keparat! Aku ingin membunuhnya. Suara-suara kacau. Berisik! Hingga ingin aku berteriak di telinganya, "Siapa Anda berani meracau di tiap hari saya?". Aku seperti orang tuli yang ingin mendengar. Aku seperti pencipta orkestra yang membenci biola. Aku seperti orang linglung di tengah orang-orang jenius. Dan, aku benci keadaan itu. Aku ingin membunuhnya. Suara-suara yang membuatku merasa demikian. Aku ingin membunuhnya. Suara yang membuat hati ini bergejolak. Ingin muntah. Ingin lari. Ingin hilang. Hin...