Skip to main content

apalah artinya cinta tanpa 'pernyataan' ?

kalau kau benar benar sayang padaku
kalau kau benar benar cinta
tak perlu kau katakan semua itu
cukup tingkah laku
sekarang apalah artinya cinta
kalau hanya dibibir saja
cinta itu bukanlah mainmainan
tapi pengorbananan
semua bisa bilang sayang
semua bisa bilang
apalah artinya sayang tanpa kenyataan
balawan - semua bisa bilang


pasti lagu itu familiar banget . mungkin emang lagu itu bisa dibilang udah jadi pegangan untuk sebagian orang .

buat apa sih bilang sayang atau cinta kalau gag da kenyataannya ? betul ?

yah .
emang, yang namanya lidahmu harimau mu juga ada benernya juga .
tapi apa iya itu menjadi suatu ganjalan besar di lidah orang-orang untuk mengirit kata-kata ?

yang namanya cinta kebanyakan kata-kata emang jadi gombal yang bakal kedenger basi dan kempes waktu masuk telinga. tapi, waktu cinta itu sendiri gag pernah diucapkan, lalu tau darimana??

emang iya .
kalo diam itu emas .
emang iya .
kalo cinta itu bisa dilihat dari perbuatan.
tapi .
perbuatan tanpa kejelasan itu namanya apa?

perhatian yang mungkin lebih dari sekedar sahabat, keintiman yang berbeda dengan keluarga, gejolak yang jauh meledak dari sekedar gelitik pesona, tidakkah itu memiliki nama?

untukku .
egois kalau orang hanya memendam itu. menikmati semua kenyataan yang tak bernama. menikmati indahnya rasa cinta yang hanya dimiliki seorang diri tanpa mengajak orang lain untuk ikut bergabung di permainan yang sama. permainan untuk jatuh cinta.

cinta memang gag selamanya bisa saling memiliki.
tapi, bohong kalau cinta itu gag mau memiliki.
cinta itu egois.
hanya mau untuk diri sendiri.
tapi, tentunya id dan superego kita kan nanti yang akan bertindak untuk saling berjuang memenangkan pertempuran itu.
tapi, selama itu berjalan, bukan suatu dosa kalau lidah sedikit ikut bertindak untuk mengucap apa yang hati inginkan.

walau cinta itu akhirnya harus sendiri, tapi jangan biarkan ia sendiri tanpa bertarung.
bertarung untuk berjuang akan sebuah penerimaan atau penolakan.
apakah cinta itu akan ditolak atau diterima, apakah cinta itu akan berbalas atau akan ditinggalkan.
tapi, setidaknya, dengan kamu berbicara, kamu mengajak orang lain untuk belajar menerima dan memberi cinta.

jadi .
kalau kamu mencintai orang.
bilang dengan lantang dan berani tentang apa yang kamu rasakan dan apa yang kamu mau.
jangan pernah takut, karena kalau kamu takut berarti rasa itu belum kuat, jadi diam dulu saja.
tapi ingat, hari esok belum tentu akan datang, kesempatan tidak datang dua kali.

bilang saja kamu cinta dia.
tidak perlu banyak-banyak.
cukup yang meyakinkan saja.
setelah itu, kamu tidak perlu ambil pusing.
karena alam yang akan mengatur kelanjutannya .....

Comments

  1. Beuh sadis bngt kata-katanya si Gita ini..
    Berdasarkan pengalaman apa teori sich? =p
    Saya belajar banyak dari post kali ini..
    Semoga bisa terus menginspirasi orang-orang yg tersesat dalam cinta ini..

    ^^

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

akhirnya, aku yang pergi ...

Pagi itu, tepat pukul 8 pagi. Waktu yang ia janjikan untuk pergi menunaikan kewajiban kami setiap minggu. Aku sudah sampai di depan rumahnya. Ada 3 mobil terparkir di halaman rumahnya, pasti itu milik teman-temannya, yang aku asumsikan telah menginap di rumahnya semalaman ini. Tidak heran kalau telepon selularnya tidak ia angkat. Aku beranjak menuju pintu depan dan dengan mudah aku bisa masuk ke dalamnya. Ternyata tidak terkunci. Aku masuk kedalam dan melihat sebuah pemandangan yang sudah kuperkirakan sebelumnya. Sebuah transformasi dari sebuah rumah mewah bergaya minimalis, hasil keringatnya sendiri, menjadi sebuah kapal pecah yang penuh dengan laki-laki yang tertidur topless dan berbau alkohol. Aku tidak bisa menemukan dirinya di ruang tamu itu, kuasumsikan ia ada di kamarnya. Selama beberapa saat, pikiranku cukup melayang menuju beberapa tahun terakhir ini .. Rian Suhandi. Kakak kelasku yang aku kenal ketika aku baru saja memasuki sebuah perguruan tinggi swasta di kota bunga itu. A...

Question of Life (?)

Sehabis berbincang-bincang dengan seorang teman, saya kemudian berpikir akan pertanyaan-pertanyaan yang sering kali menjadi acuan akan jalan hidup seseorang. Pernah ada orang yang berkata pada saya kalau hidup seseorang itu dirancang hanya untuk mengikuti jalur yang sudah ada, yang kemudian menjadi tuntunan orang-orang untuk berani lancang bertanya pada orang lain akan hal-hal yang harusnya terjadi pada orang tersebut. "Mau kuliah dimana?" Pertanyaan pertama yang mulai saya dapatkan ketika saya berhasil lulus SMA. Pertanyaan yang seakan-akan memberi sejuta ton pemberat untuk hidup saya karena seolah-olah saya harus masuk ke perguruan tinggi terbaik di dunia. "Kapan lulus?" Pertanyaan retorik basa-basi yang akan selalu ditanyakan semua orang melihat angka semester saya yang sudah semakin membengkak. Yang pada akhirnya menuntun saya pada masa-masa jatuh-bangun. Membuat saya hanya terpacu untuk cepat keluar dari tempat itu, membuktikan bahwa saya berhasil ...

My RainMan

Untuk aku dan dia, hujan adalah segalanya. Hujan adalah sebuah mediator yang membuat aku dan dia bertemu. Ketika hujan turun, aku akan selalu berlari menuju ke luar rumahku dan mencoba untuk merasakan setiap tetesannya berjatuhan di telapak tanganku. Berbeda dengan dia yang dengan santai berjalan dengan elok di bawah guyurannya. Untukku, itu terlalu memakan resiko, resiko kalau esok hari aku harus tetap berada di bawah selimut karena virus influenza yang gemar sekali mendatangi tubuh mungilku. Dan hujan .. membuat semuanya menjadi mustahil bagiku. Sebuah keajaiban kecil yang Tuhan beri untuk umatnya dan secara random meluncur ke hadapanku. Aku memanggilnya rainman, karena setiap kali aku bertemu dengannya hujan pasti akan turun. Terlepas dari prakiraan cuaca yang men- judge kampung halamanku ini sebagai kota hujan, hujan pasti akan selalu turun ketika ia ada. Pasti. "Kamu nggak bawa payung lagi?" tanyaku klise ketika ia berdiri di depan rumahku. "Ngg...